Senin, 06 Juni 2022

Ibrani 1:1-2, Teks Unitarian?

Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,  maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. (Ibr. 1:1-2).

Pembacaan Unitarian

Para penganut unitarianisme membaca Ibrani 1:1-2 sebagai bukti bahwa Bapa baru berbicara melalui Yesus pada zaman akhir ini. Dan itu berarti, Yesus tidak pra-eksisten, tidak ada di dalam PL, dan tidak berfirman di dalam PL.

Jawaban Apologetik

Ibrani 1:1-2 tidak berbicara secara sekuensial-eksklusif (meniadakan Yesus dari tahap pewahyuan kovenan lama). Poin dari teks ini adalah dengan berbagai cara Allah telah berbicara pada era kovenan lama, namun pada era kovenan baru, klimaks dari pewahyuan itu melalui perantaraan Sang Anak (the revelation of the Son).

Pembacaan Unitarian seperti di atas berkontradiksi dengan isi Surat Ibrani sendiri termasuk bertentangan juga dengan Paulus dan Yesus.

Pertama, Penulis Surat Ibrani sendiri memberikan kesaksian bahwa Yesus berbicara di dalam PL.

Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara, kata-Nya: ‘Aku akan memberitakan nama-Mu kepada saudara-saudara-Ku, dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat,” dan lagi: “Aku akan menaruh kepercayaan kepada-Nya,” dan lagi: “Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepada-Ku.’ (Ibr. 2:11-13).

Teks di atas merupakan kutipan dari Mazmur 22:23 (ay. 12) dan Yesaya 8:17-18 (ay. 13) dan menurut penulis Surat Ibrani, Yesuslah yang berkata-kata di dalam kedua teks PL tersebut.

Penulis Surat Ibrani juga mengklaim bahwa Yesuslah yang berkata-kata di dalam Mazmur 40:7-9, ketika ia menulis:

Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: ‘Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku . Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.’ Di atas Ia berkata: ‘Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya” meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat . Dan kemudian kata-Nya: “Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.’ Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. (Ibr. 10:5-9).

Dan kedua, Penulis Surat Ibrani menegaskan bahwa Yesus telah ada di dalam PL dan Musa melihat dan percaya kepadanya, sehingga ia meninggalkan segala sesuatunya demi Kristus:

Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan. (Ibr. 11:24-27).

Isi teks di atas dikonfirmasi oleh Rasul Paulus sebagai berikut:

Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus. (1Kor. 10:1-4).

Dalam teks di atas, Paulus merujuk kepada “batu karang” atau “gunung batu” dalam Ulangan 32:

Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia. Berlaku busuk terhadap Dia, mereka yang bukan lagi anak-anak-Nya, yang merupakan noda, suatu angkatan yang bengkok dan belat-belit. Demikianlah engkau mengadakan pembalasan terhadap TUHAN, hai bangsa yang bebal dan tidak bijaksana? Bukankah Ia Bapamu yang mencipta engkau, yang menjadikan dan menegakkan engkau? Ingatlah kepada zaman dahulu kala, perhatikanlah tahun-tahun keturunan yang lalu, tanyakanlah kepada ayahmu, maka ia memberitahukannya kepadamu, kepada para tua-tuamu, maka mereka mengatakannya kepadamu. (Ul. 32:4-7).

Dalam konteks Ulangan 32:4-7, “gungung batu” yang dimaksudkan tidak lain adalah Yahweh sendiri. Gunung Batu, Yahweh, ini memberkati dan memelihara mereka namun mereka memberontak dan mengkhianati Yahweh. Karena itu, Yahweh menolak mereka:

Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya. Mereka membangkitkan cemburu-Nya dengan allah asing, mereka menimbulkan sakit hati-Nya dengan dewa kekejian, mereka mempersembahkan korban kepada roh-roh jahat yang bukan Allah, kepada allah yang tidak mereka kenal, allah baru yang belum lama timbul, yang kepadanya nenek moyangmu tidak gentar. Gunung batu yang memperanakkan engkau, telah kaulalaikan, dan telah kaulupakan Allah yang melahirkan engkau. Ketika TUHAN melihat hal itu, maka Ia menolak mereka, karena Ia sakit hati oleh anak-anaknya lelaki dan perempuan. Ia berfirman: Aku hendak menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka, dan melihat bagaimana kesudahan mereka, sebab mereka itu suatu angkatan yang bengkok, anak-anak yang tidak mempunyai kesetiaan. (Ul. 32:15-20).

Sebagai catatan tambahan, Yesus sendiri mengaplikasikan Ulangan 32 di atas bagi diri-Nya sendiri di dalam Yohanes 8. Di dalam konteks ini, sebanyak 3 kali Yesus menggunakan konstruksi absolute ego eimi (8:24, 28, 58).

Saudara Yesus bernama Yudas juga mengkonfirmasi bahwa Yesuslah yang menyelamatkan Israel dari perbudakan di Mesir:

Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus. Tetapi, sekalipun kamu telah mengetahui semuanya itu dan tidak meragukannya lagi, aku ingin mengingatkan kamu bahwa memang Tuhan menyelamatkan umat-Nya dari tanah Mesir, namun sekali lagi membinasakan mereka yang tidak percaya. (Yud. 1:4-5).

Mengenai Yudas 1:5, Jonathan Knight mencatat: “The one who brought Israel out of Egypt is called ‘the Lord’. There is a textual problem here: some important manuscripts have ‘Jesus’, and one papyrus ‘Christ the God’.[1]

Gene L. Green menyatakan: “The strongest MS support favors the reading ‘Jesus’ with a few witnesses reading ‘God Christ’ (theos christos) or ‘Lord Jesus’ (kyrios Iesous).[2]

Bruce M. Metzger juga menyatakan: “’Jesus’ is admittedly…the best attested reading among Greek and versional witnesses.”[3] (bersama Wikgren dan Osburn). Alasannya, jauh lebih masuk akal menerima bahwa pembacaan “Yesus” diubah menjadi “Tuhan,” ketimbang “Tuhan,” diubah menjadi “Yesus”.[4] 

Kita juga dapat menambahkan, sejauh itu mengenai Yesus di dalam PL, Yohanes mencatat kata-kata Yesus bahwa Yesaya telah melihat kemuliaan-Nya (Yoh. 8:41; Yes. 6).

Lalu, Bagaimana dengan Roh Kudus?

Ya. Roh Kudus juga berbicara di dalam PL, menurut penulis Surat Ibrani.

Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku, sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.” (Ibr. 3:7-11).

Teks di atas merupakan kutipan dari Mazmur 95:7-8 dan menurut Penulis Surat Ibrani, Roh Kuduslah yang berkata-kata di dalam teks itu.

Kita bisa menambahkan juga dari Kisah 28:25-27 yang mengutip dari Yesaya 6:9-10, di sana Paulus mengatakan:

Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara mereka. Tetapi Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: ‘Tepatlah firman yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya: Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.’

Secara kanonikal kita dapat mengutip dari 2 Petrus 1:20-21 yang menyatakan:

Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.

Dan itu berarti, seluruh isi Kitab Suci, Perjanjian Lama dan PB, merupakan perkataan (suara) Roh Kudus, karena Roh Kuduslah yang menginspirasikannya. Dan firman yang diinspirasikan Roh Kudus sekaligus merupakan perkataan Kristus yang mempermuliakan Kristus (Yoh. 16:13-14) dan Bapa (Yoh. 17:3).

Kesimpulan

Karena Penulis Surat Ibrani mengklaim bahwa Yesus telah berbicara di dalam PL termasuk aktif berkarya di dalam PL sebagaimana didukung juga oleh para penulis PB lainnya termasuk Yesus sendiri juga mengklaim demikian, maka pembacaan Unitarian terhadap Ibrani 1:1-2 merupakan sebuah kesalahan pembacaan yang sangat serius.

David A. deSilva menyatakan:

The one element of 1:1 that has no antithesis, no parallel in 1:2 is the opening adverbs (‘in many pieces and in many ways’). Although the author does not explicitly state that the word spoken through the Son contrast with ‘piecemeal and diverse’ revelations in the OT, he will proceed throughout this sermon to read the OT as if to bring the many pieces and diverse manners of God’s earlier words together into one Christocentric reading. He present the historic oracles of God as small and scattered pieces of a great jigsaw puzzle, which all come together when seen in light of the final revelation in the Son. The person and work of Jesus is the complete picture, as it were, that serves as a guide for the author in his handling of the many pieces contained in the OT (e.g., Pss. 2, 40, 45, 110; Jer. 31).[5]

Kristus merupakan klimaks dan kulminasi dari seluruh sejarah pewahyuan. Itulah yang dikatakan oleh Ibrani 1:1-2. Bukan bahwa Kristus muncul kemudian melalui-Nya Tuhan berfirman seperti yang diklaim oleh para Unitarian.


[1] Jonathan Knight, 2 Peter and Jude (Sheffield: Sheffield Academic Press, 1995), 42.

[2] Gene Green, Jude & 2 Peter (BECNT; Grand Rapids, Michigan: Baker Academic, 2008), loc., 129/913.

[3] Metzger 1994: 657-658.

[4] Menurut PL, yang menyelamatkan Israel dari perbudakan di Mesir adalah “Tuhan” (kyrios; Kel. 7:5; 12:51; 13:3, 9, 14, 16; 16:6; 18:1; Ul. 1:27; 26:8) atau “Tuhan Allah” (kyrios ho theos; Kel. 20:2; 29:46; Bil. 15:41; Ul. 5:6, 15; 6:12; 8:14; 13:5, 11; 29:24/25; Dan. 9:15) atau “Allah” (theos; Bil. 23:22; Ul. 4:20).

[5] David A. deSilva, Perseverance in Gratitude: A Socio-Rhetorical Commentary on the Epistle to the Hebrews (Epub; Grand Rapids, Michigan: Eerdmans, 2000), Loc., 110-112/845.