Selasa, 04 Agustus 2020

Jawaban Kristen : Tuhan Orang Yahudi dan Kristen Kejam ?

Pernyataan Dari Seorang Ulama dalam Salah Satu Dialog

 

Alkitab (Bibel) sendiri terdapat satu perikop (bab) khusus yang disebut dengan "Hukum Perang", yaitu kitab Ulangan 20:1-20.

 

"Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa yang didirikan Tuhan, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kau biarkan hidup apapun yang bernafas, melainkan harus kau tumpas sama sekali," (Ulangan 20:16-17).

 

"Maka sekarang bunuhlah semua laki-laki di antara anak-anak mereka, dan juga semua perempuan yang pernah bersetubuh dengan laki-laki haruslah kamu bunuh. Tetapi semua orang muda di antara perempuan yang belum pernah bersetubuh dengan laki-laki haruslah kamu biarkan hidup bagimu." (Bilangan 31:17-18).

 

Jawaban Kristen :

 

Sebenarnya tidak tepat tindakan mengambil sepotong2 ayat dan memisahkan nya dari Narasi Alkitab. Kalau orang baca sepotong2 seperti ini akan muncul pemikiran "Tuhan nya orang Yahudi dan Kristen kok kejam sekali?". Terutama Bilangan 31 yang langsung lompat ke ayat 17-18 tanpa melihat ayat 13-16. Saya kutip disini.


Lalu pergilah Musa dan imam Eleazar dan semua pemimpin umat itu sampai ke luar tempat perkemahan untuk menyongsong mereka.
Maka gusarlah Musa kepada para pemimpin tentara itu, kepada para kepala pasukan seribu dan para kepala pasukan seratus, yang pulang dari peperangan,
dan Musa berkata kepada mereka: "Kamu biarkankah semua perempuan hidup?
Bukankah perempuan-perempuan ini, atas nasihat Bileam, menjadi sebabnya orang Israel berubah setia terhadap TUHAN dalam hal Peor, sehingga tulah turun ke antara umat TUHAN.

Jadi ada alasan mengapa mereka harus dibunuh semua, bukan asal tebas leher yang Tuhan perintahkan. Mungkin lain waktu dimohon sumber bacaan Alkitabnya dilihat secara utuh

 

Dalam hal ini,kita perlu tahu mengapa Hukum Perang ini diberikan.

 

Pertama,melihat konteks sejarah,pada masa itu,berperang bukan lah hal yang aneh dan mengerikan seperti pada masa kini. Standar pada masa itu adalah peperangan, bukan diplomasi yang ada hak vetonya seperti PBB.Apakah Tuhan mengajarkan perang? Justru Taurat memberi standar moral yang lebih tinggi dari bangsa2 yang ada pada masa itu. Kalau saudara baik2 membaca seluruh kitab Ulangan yang merupakan bagian Taurat,akan saudara dapati bahwa Perang itu adalah hal yang terakhir yang mesti dilakukan oleh Bangsa Israel. TUHAN mengajarkan diplomasi/perundingan damai terlebih dahulu sebelum berperang. Menurut pengamatan saya,hal ini hampir mirip dengan Jihad dan Model Pemerintahan Islam dalam Alquran. Hal ini juga dilakukan oleh Bangsa Israel dengan Palestina hingga saat ini,pertumpahan darah yang ujungnya tidak jelas.

 

Kedua,melihat konteks Holiness dalam Perjanjian Lama. Kekudusan itu Mutlak/Absolut di hadapan Allah. Segala sesuatu yang melanggar kekudusan Allah dan umatNya (Israel) harus ditumpas. "Mata ganti mata,gigi ganti gigi", yang dicanangkan kembali oleh Alquran menjadi hukum Qisas. Dosa mendatangkan murka Allah, sekecil apa pun itu. Dan dalam Masa Perjanjian Lama berurusan dengan dosa itu berat ujungnya. Tidak hanya mendatangkan kemurkaan Tuhan tapi juga kematian bagi si pendosa apabila dosa itu melanggar Sepuluh Perintah Tuhan (Pelanggaran terhadap decalogue ini harus ditindak sesegera mungkin dengan hukuman mati,tidak ada jalan keluar lain,seperti melanggar kekudusan hari Sabat). Pelanggaran terhadap apa saja yang di luar sepuluh perintah Tuhan,sekalipun tidak dijatuhi hukuman mati,tetap ada akibatnya. Dari yang paling ringan, yaitu dengan korban sembelihan sampai kena kutukan dan pengucilan dari bangsa sendiri. Dosa satu orang juga mengakibatkan seluruh Bangsa Israel berdosa dan berada di bawah murka Allah. Kontak dengan orang berdosa yang tidak mengenal Allah akan membuat Bangsa Israel pada masa itu jauh dari Allah. Itulah sebabnya mengapa Allah memerintahkan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan harus ditumpas seluruhnya dan apabila tidak,Israel berdosa dan harus membakar banyak sekali korban sembelihan. Allah menuntut Israel menjaga kekudusan nya, Bangsa Israel adalah bangsa yang sekalipun memiliki keistimewaan di atas bangsa lain hingga pada masa pascamodern ini (dari hal genetik sampai ekonomi makro), namun adalah bangsa yang keras kepala dan sombongnya minta ampun di hadapan Tuhan. Kedua hal ini (berurusan dengan dosa dan penumpasan dalam perang) Tuhan berikan dengan maksud agar bangsa Israel mau tunduk di hadapan Tuhan dan jangan bermain2 dengan Allah pencipta mereka.

 

Apakah hukum perang ini memiliki relevansi dengan Perjanjian Baru? Tidak sama sekali. Konsep Holiness PB tetap sama dengan PL,namun teknisnya berubah. Mengapa? Karena Kematian dan Kebangkitan Isa Al-Masih membereskan semua masalah dosa. Semakin saya mendalami theologi,semakin saya merenungkan hal ini. Seandainya saya hidup di masa Israel, apakah saya akan sanggup mempersembahkan satu ekor sapi setiap saya berdosa? Saya analogikan dengan motor saya. Nyicil satu motor Supra X saja sudah cukup berat. Berapa banyak motor Supra yang harus saya persembahkan sebagai korban tebusan salah saya? Bayar dosa harus bayar kontan, tidak bisa seperti nyicil motor,dikit2 lama menjadi bukit. Ini bedanya antara Tuhan dalam konsep PL dan Tuhan dalam Alquran. Ini opini saya saja, jadi ingat untuk nyicil hutang dosa dulu saya begitu merindukan bulan puasa (yang juga akan datang sebentar lagi) karena pintu rahmat  (10 hari pertama) dan ampunan (10 hari kedua) dibuka selebar2nya,saya memahami mengapa Muhammad begitu sedih ketika bulan yang suci ini akan berlalu,karena ini adalah bulan yang special untuk umat Islam. Tapi setelah itu,saya buat dosa lagi,buat kesalahan lagi. Saya tidak mampu, tidak ada satu pun manusia yang tidak berbuat kesalahan dalam satu hari saja dan mampu menebus kesalahan hingga akhir hayatnya. Tak ada gading yang tak retak.

 

Inilah luar biasanya Isa Al-Masih di antara seluruh manusia. Dia membayar dosa seluruh manusia. Dia mati bukan hanya untuk orang yang mengaku Kristen, tapi untuk semua manusia mana pun di bumi ini. Dan Dia tidak mengharapkan return selain hanya PERCAYA pada diriNya. Untuk pembaca Kristen,bersyukurlah bahwa kita punya Tuhan seperti Dia.

 

Kembali pada hukum perang, ketika kami meletakkan kepercayaan kepada Isa sebagai Tuhan dan Al-Masih,maka kami berpindah dari Taurat(Hukum) yang membawa kematian ke dalam Injil(Kasih Karunia) yang membawa kehidupan,tentunya umat Kristen yang memahami hal ini tidak akan berperang dengan sesama manusia dan tidak akan menumpahkan darah sesamanya sekalipun itu atas nama Tuhan. Sebaliknya Yesus mengajarkan untuk mencintai dan mengasihi sekalipun kita terluka,kasihi mereka dengan kasih dan pengampunan yang tak terbatas. Itu pesan damai untuk kita semua.