Jumat, 26 Agustus 2022

Hypostatic Union of Christ

 HYPOSTATIC UNION OF CHRIST


Konsep Hypostatic Union (hypostasis=substantive reality) ini dinyatakan oleh Gereja dalam Kredo Chalcedonian yang ditetapkan pada Konsili Chalcedon tahun 451. 

Tujuan Kredo Chalcedonian adalah menegaskan sikap Gereja mengenai kodrat Yesus Kristus pasca-inkarnasi. Konsili dan kredo ini diakui oleh Gereja Orthodox Timur, Gereja Katolik Roma dan Gereja Protestan pada umumnya.

Bunyi dari Kredo Chalcedonian adalah (bahasa Inggris):

We, then, following the holy Fathers, all with one consent, teach men to confess one and the same Son, our Lord Jesus Christthe same perfect in Godhead and also perfect in manhoodtruly God and truly man, of a reasonable soul and body; consubstantial with us according to the manhood; in all things like unto us, without sin; begotten before all ages of the Father according to the Godhead, and in these latter days, for us and for our salvation, born of the virgin Mary, the mother of God, according to the manhood; one and the same Christ, Son, Lord, Only-begotten, to be acknowledged in two naturesinconfusedly, unchangeably, indivisibly, inseparably; the distinction of natures being by no means taken away by the union, but rather the property of each nature being preserved, and concurring in one Person and one Subsistencenot parted or divided into two personsbut one and the same Son, and only begotten, God the Word, the Lord Jesus Christ, as the prophets from the beginning have declared concerning him, and the Lord Jesus Christ himself taught us, and the Creed of the holy Fathers has handed down to us.

Inti dari Kredo tersebut adalah:
Yesus Kristus adalah sungguh Allah dan sungguh Manusia; dikenal dalam 2 kodrat yaitu kodrat ilahi dan kodrat manusiawi dengan tidak tercampur-baur, tidak terbagi-bagi, tidak terlarutkan satu sama lain dan tidak terpisahkan; yang kedua kodrat tersebut berada dalam satu Pribadi.


Kredo tersebut melahirkan doktrin Hypostatic Union of Christ (2 kodrat dalam 1 Pribadi Kristus) yang kita kenal dalam istilah populer Yesus Kristus adalah 100% Allah dan 100% Manusia.

-----

100% Allah 100% Manusia

Dalam artikel Kenosis, kita ketahui bahwa Sang Firman Allah yang adalah Allah sepenuhnya (Allah 100%) mengambil rupa manusia (berinkarnasi).

Ia yang pada mulanya Allah kemudian pada satu waktu mengambil kodrat kemanusiaan, bukan melepas kodrat ilahi kemudian menjadi manusia.

Sang Firman Allah tidak pernah kehilangan kodrat ilahiNya. Saat berinkarnasi Ia tetap ilahi namun Ia juga mengambil kodrat kemanusiaan.
Dalam hal itu, maka kodrat ilahi dan kodrat manusia bersama-sama sepenuhnya ada dalam satu Pribadi Yesus Kristus.

Ini adalah sesuatu yang ajaib.

Kol 2:9
Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan


KJV
For in him dwelleth all the fulness of the Godhead bodily


Ia adalah Allah yang jasmaniah atau Allah dalam rupa jasmaniah.

Mat 1:23
Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: Allah menyertai kita.

Ya begitulah.
Dia Allah yang dapat disentuh, dapat diraba dan diam di tengah-tengah kita.

Sekalipun jasmaniah, Ia tidak kehilangan keilahian.
Sekalipun ilahi, Ia tidak kehilangan kejasmanian.

Yoh 1:14
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.


(KJV)
And the Word was made flesh, and dwelt among us, (and we beheld his glory, the glory as of the only begotten of the Father,) full of grace and truth.


Firman Allah menjadi daging (flesh).
Maka dagingNya bukan sembarang daging, daging itu adalah Sang Firman Allah.

Bagaimana mungkin?
Saya tidak paham namun ini benar-benar terjadi.  

-----

Satu Pribadi

Kredo itu mengatakan lebih lanjut bahwa Yesus Kristus itu adalah satu Pribadi.
Walaupun Ia mempunyai kodrat ilahi dan kodrat manusiawi, namun Ia adalah satu Pribadi.
Sama seperti saya adalah satu Pribadi, maka Yesus pun satu Pribadi.

Mitologi Yunani mengenal dewa bernama Hermaphroditus. Dewa yang lahir sebagai laki-laki ini pada suatu hari disatukan dengan Salmacis yang merupakan sebangsa peri. Sejak penyatuan itu maka Hermaphroditus memiliki 2 kepribadian, yaitu dirinya sendiri dan pribadi Salmacis di dalam dirinya. 

Tuhan Yesus tidak seperti itu. 
Ia tidak memiliki dua kepribadian, seolah-olah di satu sisi kepribadian Allah dan di sisi lain kepribadian manusia.

-----

Tidak Bercampur-Baur

Kedua kodrat dalam diriNya juga tidak bercampur-baur.
Maksudnya bagaimana?

Mungkin ada orang membayangkan seperti warna merah dicampur warna biru sehingga melahirkan warna hijau (suatu warna yang tidak merah sepenuhnya dan tidak biru sepenuhnya).
Bukan begitu.

Kodrat ilahiNya tidak tercampur-baur dengan kodrat manusiaNya sehingga melahirkan makhluk hybrid/sintetis/campuran.
Begitu juga kodrat ilahiNya tidak melarutkan kodrat manusiaNya atau sebaliknya.

Mitologi Yunani mengenal Hercules yang adalah campuran dewa dan manusia. Hercules tidak bertaraf dewa tetapi juga bukan manusia biasa. Dikatakan bahwa Hercules adalah manusia berkekuatan super sebagai hasil percampuran kedewaan dan kemanusiaan.

Yesus Kristus tidak seperti itu.
Kodrat ilahiNya tetap ada 100% dan kodrat manusiaNya tetap ada 100% dalam satu Pribadi Yesus Kristus.

-----

Tidak terbagi-bagi

Inilah alasan saya concern untuk menulis tentang Hypostatic Union.
Ada beberapa kawan diskusi saya yang melihat kehidupan Yesus Kristus seolah Dia terbagi-bagi. 

Yang saya maksud adalah pandangan-pandangan seperti ini:
Tubuh Yesus Kristus adalah tubuh manusiawi saja, sedangkan isi di dalam diriNya (jiwa dan roh) adalah ilahi.
Pada saat Ia disalib, maka Ia adalah manusia dan keilahianNya tidak aktif sehingga Ia bisa mati dibunuh.
Ia lahir sebatas manusia biasa, tidak ada lagi atribut keilahian selain dari identitas diriNya bahwa Ia ilahi.

Hal-hal di atas adalah upaya pembagi-bagian kapan Ia 'hanya' ilahi, kapan Ia 'hanya' manusiawi.

Mengapa dibagi-bagi seperti itu? 
Karena manusia bingung:
Bagaimana mungkin Allah bisa mati, bisa merasa lapar, bisa merasa takut? 
Yang mati, yang lapar dan yang takut pastilah bukan Allah, melainkan manusianya saja. Pastilah somehow pada kondisi itu Ia bukan Allah karena Allah tidak mungkin mati.

Kredo Gereja purba menyatakan bahwa dalam segala tindakanNya Ia adalah ilahi sekaligus manusiawi.

Coba kita pikirkan, bisakah Allah lahir melalui rahim perempuan?
Ternyata Allah menemukan caranya untuk dikandung perempuan dan dilahirkan sebagai bayi.

Allah memang tidak bisa mati, tapi God-Man (Allah-Manusia) bisa.
Allah memang tidak bisa takut, tapi God-Man (Allah-Manusia) bisa. 
Allah memang tidak bisa lapar, tapi God-Man (Allah-Manusia) bisa. 
Allah memang tidak bisa lahir sebagai bayi, tapi God-Man (Allah-Manusia) bisa.

Ya, istilah God-Man (100% Allah dan 100% Manusia) dapat kita gunakan sekalipun tidak hurufiah ditulis di Alkitab.
Istilah ini adalah ciri khas kekristenan.

Kutipan Origen (abad ke-3)
This substance of a soul, then, being intermediate between God and the flesh – it being impossible for the nature of God to intermingle with a body without an intermediate instrument – the God-man is born

Bahan katekisasi Westminster
Christ is exalted in his sitting at the right hand of God, in that as God-man He is advanced to the highest favour with God the Father

Westminster Confession of Faith (1646)
The Son of God, the second Person in the Trinity, being very and eternal God, of one substance, and equal with the Father, did, when the fullness of time was come, take upon him man’s nature, with all the essential properties and common infirmities thereof; yet without sin: being conceived by the power of the Holy Ghost, in the womb of the Virgin Mary, of her substance. So that two whole, perfect, and distinct natures, the Godhead and the manhood, were inseparably joined together in one person, without conversion, composition, or confusion. Which person is very God and very man, yet one Christ, the only Mediator between God and man.

Jangan membayangkan Yesus Kristus seperti Hulk yang pada saat lemah maka Hulk tidak ada dan pada saat kuat maka Bruce Banner tidak ada.

Ia juga bukan hanya manusia biasa yang diurapi Roh Kudus.
Ia masih memiliki keilahianNya karena kodrat ilahi bukan hal yang dilepas-pakai seolah baju zirah iron-man.

Jadi, pd saat disalibkan itu yang disalib adalah manusia ataukah Allah?
Dua-duanya.

1 Kor 2:8
Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia.

-----

Tidak terpisahkan

Ada miskonsepsi yang beredar di beberapa orang, yaitu:
Sesudah kebangkitanNya, Yesus Kristus kembali pada kondisi awalNya yang ilahi sepenuhnya karena kemanusiaanNya sudah lenyap seiring kematianNya.

Konsepsi ini tidak sesuai kredo Gereja purba.
Hypostatic Union ini tidak terpisahkan.
Hingga saat ini Yesus Kristus masih 100% Allah dan 100% Manusia.
Dwi naturNya masih berlangsung.

1 Tim 2:5
Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus

Ia hingga kini masih menjadi Pengantara bagi kita.
Ia adalah Imam Besar kita.
Imam Besar dan Pengantara kita adalah Manusia juga, memang harus demikian.

Pada saat Ia menampakkan diri kepada murid-muridNya, maka Ia berkata:

Luk 24:39
Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.

Yoh 20:27
Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah. 

Mungkin ada di antara kita yang membayangkan saat ini Yesus Kristus sepenuhnya dalam wujud rohani (seolah hantu/arwah) karena Ia sudah kembali menjadi Allah sepenuhnya.
Namun kedua nas di atas menunjukkan pada kita bahwa tubuhNya masih mengandung daging dan tulang, tanganNya dan perutNya masih berlubang sehingga lambungNya terlihat.
Jangan lupa, Ia pun masih makan ikan goreng!
Ia bukan hantu yang tidak berdaging tulang.

Ia bangkit dengan tubuh yang sama seperti tubuh kematianNya, bekas lukanya masih ada.

Dengan begitu maka kita bisa mengerti bahwa tubuhNya selama Ia hidup memang bukan tubuh biasa.

Saya pribadi berkeyakinan tubuhNya ini istimewa. Menurut saya, tubuh Kristus selama Ia hidup adalah tubuh kemuliaan. Tubuh kemuliaan ini ilahi dan jasmani.
Ia bisa jalan di atas air, Ia bisa tiba-tiba menghilang di Bait Suci, Ia bisa berubah rupa dan transfigurasi di atas gunung. 

Jadi, Yesus Kristus bangkit sebagai Manusia dan Allah.
Ia masih Manusia. 
Jika Ia mau, Ia bisa menampakkan diri di hadapan saya dan saya bisa memegang tubuhNya sama seperti saya memegang tubuh orang lain.
Ia adalah yang Sulung dari banyak saudara, yaitu kita semua sesama manusia.

-----

Esensi Dwi Natur Kristus

Mengapa sih kok ribet sekali Kristus ini 'harus' dwi-natur?
Harus Allah dan Manusia sepenuhnya?
 
Semua ini atas 2 alasan utama:

1. Pemerintahan atas Bumi

Kita memahami bahwa Bumi dan segala isinya telah diberikan pada Manusia (Adam). Adam kemudian jatuh dalam dosa sehingga penguasaan atas bumi akhirnya jatuh ke tangan Iblis.

Misi Tuhan Yesus adalah merebut kembali penguasaan bumi dari tangan Iblis dengan membinasakan pekerjaannya.

Kis 10:38; 26:17-18
yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.

Aku akan mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan mengutus engkau kepada mereka,
untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan

Itulah sebabnya Tuhan Yesus disebut 'Adam yang kedua'.
Ia datang sebagai Adam dan harus sebagai Adam karena Ia diberi misi untuk merebut kembali Bumi.

Dengan ketaatanNya hingga mati di kayu salib, maka sebagai manusia Yesus Kristus telah menang. Ia berjaya, Ia mengalahkan musuh dan berhak menerima pemerintahan atas bumi.
Ia memenangkan misiNya sebagai Mesias (Yang Diurapi).

Atas kemenanganNya sebagai manusia, Ia 'diangkat' atau 'dilantik' atau 'disahkan' sebagai Tuhan, Kristus dan Imam Besar.

Kis 2:36
Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.

Fil 2:8-11
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

2 nas itu menunjukkan bahwa Yesus Kristus (yang sebetulnya adalah Allah) harus membuktikan diriNya dengan menjadi manusia yang taat kepada Bapa. Karena ketaatanNya, maka Ia menang dan Bapa memberikan ganjaran sesuai perbuatanNya yaitu Nama di atas segala nama serta penguasaan atas bumi.

Mat 28:18
Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.

Yang memegang kekuasaan di Bumi adalah Manusia.
Maka itu hingga saat ini pun penguasa Bumi adalah Manusia Yesus Kristus.
Ia tidak kehilangan kemanusiaanNya karena Ia tetap harus memegang kekuasaan di Bumi hingga nanti segala-galanya diserahkan kembali pada Bapa.

2. Penebusan

Bayangkan ilustrasi berikut:
Dalam peperangan,
1 prajurit tawanan ditukar 1 prajurit
1 kapten tawanan ditukar 100 prajurit
1 kolonel tawanan ditukar 1000 prajurit
1 jenderal tawanan ditukar 10000 prajurit
1 raja tawanan ditukar 1 negara
1 Allah ditukar dengan?

Ya memang benar bahwa Yesus Kristus menjadi manusia agar menebus dosa manusia.
Apakah dengan sebatas menjadi 'manusia saja' maka Ia dapat menebus dosa seluruh umat manusia dari mula pertama tercipta hingga terakhir dilahirkan?

Tidak bisa hanya 'manusia' saja karena nyawa 1 manusia berimbang dengan nyawa 1 manusia juga.
Maka itu yang mati disalibkan jugalah ilahi, yang mati bagi kita adalah Allah.

Jadi nyawa yang diberikan itu nyawa dari Allah dan nyawa dari manusia.
Nyawa dari God-Man.
Makanya imbang, seluruh manusia beroleh jalan keluar karena penebusan itu.

Memang harus Sang Firman (Allah itu sendiri) yang berinkarnasi dan tetap mempertahankan kodrat ilahi agar karyaNya dapat sempurna.

Itulah alasannya Yesus Kristus tetap memiliki dwi-natur selama Ia berinkarnasi hingga saat ini sampai kelak akhir zaman.

------

Interaksi Dwi-Natur Kristus

Kini kita tiba pada pertanyaan: Bagaimana cara mainnya dwi-natur ini?

Inilah yang tricky, banyak menjebak orang terutama bagi mereka dari agama lain yang berusaha memahami Injil semata dengan logika yang belum diterangi Roh Kudus.

Ketika kita membaca Alkitab Perjanjian Baru, maka kita akan temukan bahwa kadang-kadang Tuhan Yesus bertindak dan berbicara dengan menunjukkan sisi kemanusiaanNyakadang-kadang Tuhan Yesus bertindak dan berbicara dengan menunjukkan sisi keilahianNya; tetapi dalam apapun tindakanNya Ia tidak kehilangan kedua kodrat tersebut.

Apabila pembaca Alkitab dari agama lain belum diterangi Roh Kudus, maka ia bisa saja hanya terfokus pada ayat-ayat ketika Tuhan Yesus menunjukkan sisi kemanusiaanNya dan mengabaikan ayat-ayat bersifat sisi ilahi Kristus.

Misalnya, Kristus menunjukkan sisi kemanusiaanNya ketika Ia berkata bahwa Ia tidak maha tahu, Ia tidak berwenang menentukan siapa yang duduk di sisi kanan-kiriNya, Bapa lebih besar daripadaNya, Ia adalah utusan, Ia merasa lapar, Ia merasa takut dan gentar, Ia tidak dapat berbuat apa-apa dari diriNya sendiri, dan sebagainya.

Orang juga bisa salah memahami Kristus ketika mereka membaca bahwa Yesus diangkat menjadi Tuhan dan Kristus atau Yesus dikaruniakan nama di atas segala nama (seolah tadinya Ia bukan siapa-siapa).

Semua itu contoh ayat-ayat ketika Yesus Kristus menunjukkan pada kita sisi kemanusiaanNya.
Sisi itu bertujuan supaya kita sebagai manusia dapat meneladaniNya, sebagai gambaran yang sempurna atas kehambaan, sebagai ciri-ciri ketaatan sempurna.

Yang diajarkan oleh para Bapa Gereja purba adalah sekalipun Ia menunjukkan diriNya sebagai manusia, Ia tidak pernah kehilangan sedikitpun keilahianNya.

Banyak juga ayat-ayat dimana Ia menyatakan keilahianNya.
Ia berkata: 'Akulah Dia' (Yunani=Ego Aimi) dengan cara pengucapan yang persis sama seperti cara YHVH berbicara kepada umat Israel. Gaya pengucapan ini menarik perhatian agamawan Yahudi sehingga mereka bertanya-tanya siapa Dia yang berani bicara seolah YHVH itu sendiri.
Ia berkata bahwa Ia adalah Tuhan atas hari Sabat, Ia adalah Jalan dan Kebenaran dan Hidup, Ia adalah Terang Dunia, Ia adalah Anak Manusia yang duduk di sebelah kanan Bapa, bahwa Ia harus dihormati sama seperti Bapa dihormati, bahwa Ia dan Bapa adalah satu, bahwa siapa melihat Dia sudah melihat Bapa, Ia adalah Alfa dan Omega, Yang Mahakuasa. Ia juga secara supranatural bertransfigurasi di atas gunung dimana wajahNya bercahaya seperti matahari terik.

Begitupun kita bisa melihat ayat-ayat dimana Ia disebut cahaya kemuliaan Allah, gambar wujud Allah dan yang menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan.

Di dalam deklarasi dan tindakanNya yang bersifat ilahi, Ia tetap mempertahankan kodrat manusiawi.

----- 

Tuhan Yesus memberkati. 



Bacaan
http://www.ancientlight.org/Theology/Cook/cook_th_030W.htm#_ednref1
http://www.theopedia.com/hypostatic-union
http://www.theopedia.com/chalcedonian-creed
https://en.wikipedia.org/wiki/Wave%E2%80%93particle_duality 

Senin, 06 Juni 2022

Ibrani 1:1-2, Teks Unitarian?

Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,  maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. (Ibr. 1:1-2).

Pembacaan Unitarian

Para penganut unitarianisme membaca Ibrani 1:1-2 sebagai bukti bahwa Bapa baru berbicara melalui Yesus pada zaman akhir ini. Dan itu berarti, Yesus tidak pra-eksisten, tidak ada di dalam PL, dan tidak berfirman di dalam PL.

Jawaban Apologetik

Ibrani 1:1-2 tidak berbicara secara sekuensial-eksklusif (meniadakan Yesus dari tahap pewahyuan kovenan lama). Poin dari teks ini adalah dengan berbagai cara Allah telah berbicara pada era kovenan lama, namun pada era kovenan baru, klimaks dari pewahyuan itu melalui perantaraan Sang Anak (the revelation of the Son).

Pembacaan Unitarian seperti di atas berkontradiksi dengan isi Surat Ibrani sendiri termasuk bertentangan juga dengan Paulus dan Yesus.

Pertama, Penulis Surat Ibrani sendiri memberikan kesaksian bahwa Yesus berbicara di dalam PL.

Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara, kata-Nya: ‘Aku akan memberitakan nama-Mu kepada saudara-saudara-Ku, dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat,” dan lagi: “Aku akan menaruh kepercayaan kepada-Nya,” dan lagi: “Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepada-Ku.’ (Ibr. 2:11-13).

Teks di atas merupakan kutipan dari Mazmur 22:23 (ay. 12) dan Yesaya 8:17-18 (ay. 13) dan menurut penulis Surat Ibrani, Yesuslah yang berkata-kata di dalam kedua teks PL tersebut.

Penulis Surat Ibrani juga mengklaim bahwa Yesuslah yang berkata-kata di dalam Mazmur 40:7-9, ketika ia menulis:

Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: ‘Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku . Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.’ Di atas Ia berkata: ‘Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya” meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat . Dan kemudian kata-Nya: “Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.’ Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. (Ibr. 10:5-9).

Dan kedua, Penulis Surat Ibrani menegaskan bahwa Yesus telah ada di dalam PL dan Musa melihat dan percaya kepadanya, sehingga ia meninggalkan segala sesuatunya demi Kristus:

Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan. (Ibr. 11:24-27).

Isi teks di atas dikonfirmasi oleh Rasul Paulus sebagai berikut:

Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus. (1Kor. 10:1-4).

Dalam teks di atas, Paulus merujuk kepada “batu karang” atau “gunung batu” dalam Ulangan 32:

Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia. Berlaku busuk terhadap Dia, mereka yang bukan lagi anak-anak-Nya, yang merupakan noda, suatu angkatan yang bengkok dan belat-belit. Demikianlah engkau mengadakan pembalasan terhadap TUHAN, hai bangsa yang bebal dan tidak bijaksana? Bukankah Ia Bapamu yang mencipta engkau, yang menjadikan dan menegakkan engkau? Ingatlah kepada zaman dahulu kala, perhatikanlah tahun-tahun keturunan yang lalu, tanyakanlah kepada ayahmu, maka ia memberitahukannya kepadamu, kepada para tua-tuamu, maka mereka mengatakannya kepadamu. (Ul. 32:4-7).

Dalam konteks Ulangan 32:4-7, “gungung batu” yang dimaksudkan tidak lain adalah Yahweh sendiri. Gunung Batu, Yahweh, ini memberkati dan memelihara mereka namun mereka memberontak dan mengkhianati Yahweh. Karena itu, Yahweh menolak mereka:

Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya. Mereka membangkitkan cemburu-Nya dengan allah asing, mereka menimbulkan sakit hati-Nya dengan dewa kekejian, mereka mempersembahkan korban kepada roh-roh jahat yang bukan Allah, kepada allah yang tidak mereka kenal, allah baru yang belum lama timbul, yang kepadanya nenek moyangmu tidak gentar. Gunung batu yang memperanakkan engkau, telah kaulalaikan, dan telah kaulupakan Allah yang melahirkan engkau. Ketika TUHAN melihat hal itu, maka Ia menolak mereka, karena Ia sakit hati oleh anak-anaknya lelaki dan perempuan. Ia berfirman: Aku hendak menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka, dan melihat bagaimana kesudahan mereka, sebab mereka itu suatu angkatan yang bengkok, anak-anak yang tidak mempunyai kesetiaan. (Ul. 32:15-20).

Sebagai catatan tambahan, Yesus sendiri mengaplikasikan Ulangan 32 di atas bagi diri-Nya sendiri di dalam Yohanes 8. Di dalam konteks ini, sebanyak 3 kali Yesus menggunakan konstruksi absolute ego eimi (8:24, 28, 58).

Saudara Yesus bernama Yudas juga mengkonfirmasi bahwa Yesuslah yang menyelamatkan Israel dari perbudakan di Mesir:

Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus. Tetapi, sekalipun kamu telah mengetahui semuanya itu dan tidak meragukannya lagi, aku ingin mengingatkan kamu bahwa memang Tuhan menyelamatkan umat-Nya dari tanah Mesir, namun sekali lagi membinasakan mereka yang tidak percaya. (Yud. 1:4-5).

Mengenai Yudas 1:5, Jonathan Knight mencatat: “The one who brought Israel out of Egypt is called ‘the Lord’. There is a textual problem here: some important manuscripts have ‘Jesus’, and one papyrus ‘Christ the God’.[1]

Gene L. Green menyatakan: “The strongest MS support favors the reading ‘Jesus’ with a few witnesses reading ‘God Christ’ (theos christos) or ‘Lord Jesus’ (kyrios Iesous).[2]

Bruce M. Metzger juga menyatakan: “’Jesus’ is admittedly…the best attested reading among Greek and versional witnesses.”[3] (bersama Wikgren dan Osburn). Alasannya, jauh lebih masuk akal menerima bahwa pembacaan “Yesus” diubah menjadi “Tuhan,” ketimbang “Tuhan,” diubah menjadi “Yesus”.[4] 

Kita juga dapat menambahkan, sejauh itu mengenai Yesus di dalam PL, Yohanes mencatat kata-kata Yesus bahwa Yesaya telah melihat kemuliaan-Nya (Yoh. 8:41; Yes. 6).

Lalu, Bagaimana dengan Roh Kudus?

Ya. Roh Kudus juga berbicara di dalam PL, menurut penulis Surat Ibrani.

Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku, sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.” (Ibr. 3:7-11).

Teks di atas merupakan kutipan dari Mazmur 95:7-8 dan menurut Penulis Surat Ibrani, Roh Kuduslah yang berkata-kata di dalam teks itu.

Kita bisa menambahkan juga dari Kisah 28:25-27 yang mengutip dari Yesaya 6:9-10, di sana Paulus mengatakan:

Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara mereka. Tetapi Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: ‘Tepatlah firman yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya: Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.’

Secara kanonikal kita dapat mengutip dari 2 Petrus 1:20-21 yang menyatakan:

Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.

Dan itu berarti, seluruh isi Kitab Suci, Perjanjian Lama dan PB, merupakan perkataan (suara) Roh Kudus, karena Roh Kuduslah yang menginspirasikannya. Dan firman yang diinspirasikan Roh Kudus sekaligus merupakan perkataan Kristus yang mempermuliakan Kristus (Yoh. 16:13-14) dan Bapa (Yoh. 17:3).

Kesimpulan

Karena Penulis Surat Ibrani mengklaim bahwa Yesus telah berbicara di dalam PL termasuk aktif berkarya di dalam PL sebagaimana didukung juga oleh para penulis PB lainnya termasuk Yesus sendiri juga mengklaim demikian, maka pembacaan Unitarian terhadap Ibrani 1:1-2 merupakan sebuah kesalahan pembacaan yang sangat serius.

David A. deSilva menyatakan:

The one element of 1:1 that has no antithesis, no parallel in 1:2 is the opening adverbs (‘in many pieces and in many ways’). Although the author does not explicitly state that the word spoken through the Son contrast with ‘piecemeal and diverse’ revelations in the OT, he will proceed throughout this sermon to read the OT as if to bring the many pieces and diverse manners of God’s earlier words together into one Christocentric reading. He present the historic oracles of God as small and scattered pieces of a great jigsaw puzzle, which all come together when seen in light of the final revelation in the Son. The person and work of Jesus is the complete picture, as it were, that serves as a guide for the author in his handling of the many pieces contained in the OT (e.g., Pss. 2, 40, 45, 110; Jer. 31).[5]

Kristus merupakan klimaks dan kulminasi dari seluruh sejarah pewahyuan. Itulah yang dikatakan oleh Ibrani 1:1-2. Bukan bahwa Kristus muncul kemudian melalui-Nya Tuhan berfirman seperti yang diklaim oleh para Unitarian.


[1] Jonathan Knight, 2 Peter and Jude (Sheffield: Sheffield Academic Press, 1995), 42.

[2] Gene Green, Jude & 2 Peter (BECNT; Grand Rapids, Michigan: Baker Academic, 2008), loc., 129/913.

[3] Metzger 1994: 657-658.

[4] Menurut PL, yang menyelamatkan Israel dari perbudakan di Mesir adalah “Tuhan” (kyrios; Kel. 7:5; 12:51; 13:3, 9, 14, 16; 16:6; 18:1; Ul. 1:27; 26:8) atau “Tuhan Allah” (kyrios ho theos; Kel. 20:2; 29:46; Bil. 15:41; Ul. 5:6, 15; 6:12; 8:14; 13:5, 11; 29:24/25; Dan. 9:15) atau “Allah” (theos; Bil. 23:22; Ul. 4:20).

[5] David A. deSilva, Perseverance in Gratitude: A Socio-Rhetorical Commentary on the Epistle to the Hebrews (Epub; Grand Rapids, Michigan: Eerdmans, 2000), Loc., 110-112/845.