Senin, 04 November 2019

Bagian I – Qur’an yang Tak Dapat Dipertanggungjawabkan dan Para Penulis Hadis Menurut Sejarah

1. Analisa Qur’an Berdasarkan Catatan Sejarah
Apakah Makna Catatan Sejarah?
Pertama-tama, aku akan menerangkan makna “Apakah Catatan Sejarah?” itu. Sejarah itu berdasarkan narasi tercatat, di mana keterangan ditulis oleh para ahli sejarah dalam buku² mereka di jaman mereka masih hidup.
Contoh narasi tercatat adalah tulisan² sejarawan Yunani, Herodotus, yang lahir di Asia Minor dan hidup di abad ke 5 SM. Cicero berpendapat bahwa Herodotus adalah Bapak Sejarah. Herodotus menulis sejarah dunia, terutama tentang Perang² Persia. Bukunya yang berjudul Histories (Sejarah) mencakup masa dari pertengahan abad 6 SM sampai awal abad 5 SM. Sejarawan² kuno seperti Herodotus tidak hanya bisa jadi sumber meyakinkan saja, tapi keterangannya sangatlah penting bagi kita untuk memahami kejadian di masa lampau. Sejarawan² Yunani dan Romawi lain setelah Herodotus juga menulis catatan sejarah penting yang bisa dianggap sebagai sumber yang terpercaya akan sejarah dunia.
Sumber lain tentang sejarah dunia juga terdapat dalam catatan² sejarah riwayat raja² dan negara². Riwayat² penguasa Assyria, Kaldea, dan Persia juga sangat berguna. Tawarikh yang paling kuno berasal dari Assyria dan ditulis di abad ke 7 dan 8 SM. Kami pun memiliki sumber² sejarah lainnya, seperti catatan tahunan yang dipahat di batu² dan penemuan² arkeologi lainnya.
Alkitab sebagai Sumber Sejarah Kuno yang Terpercaya
Meskipun kami memiliki berbagai sumber sejarah kuno yang terpercaya, sumber utama yang paling penting adalah Alkitab. Buku ini ditulis oleh berbagai nabi yang hidup di berbagai jaman yang berbeda. Mereka menulis keterangan secara akurat. Kebanyakan penulis Perjanjian Lama hidup dan menulis lama sebelum ada sejarawan dunia yang melakukannya.
Penulis Alkitab pertama adalah Musa yang hidup di abad 15 SM. Musa menulis riwayat² berbagai negara yang terbentuk melalui keturunan putra² Nuh setelah terjadi bencana air bah. Tulisan Musa tercantum dalam kitab Kejadian, buku pertama Alkitab. Meskipun dahulu para ahli sejarah meragunkan kebenaran tulisan sejarah Alkitab, tapi sekarang ditemukan berbagai bukti arkeologi yang membenarkan ketepatan catatan sejarah Alkitab. Meskipun Alkitab mencakup periode di mana tiada sejarawan dunia, bukti² arkeologi yang didapat dari berbagai penggalian di seluruh Timur Tengah telah menambah pengetahuan kita akan masa tersebut. Karena penemuan arkeologi ini tak pernah bertentangan dengan narasi Alkitab, maka Alkitab adalah sumber keterangan terpercaya, terutama tentang sejarah kuno.
Keterangan Sejarah dan Kronologi yang Salah dalam Qur’an
Di lain pihak, Islam tidak memiki keterangan dokumen apapun untuk mendukung isinya. Muhammad menulis di abad ke 7 M, lama sekali setelah berbagai catatan sejarah ditulis. Dia tidak pernah mengungkapkan kronologi sejarah seperti yang kita temukan dalam Alkitab karena dia tidak memiliki satu pun. Yang dia miliki hanyalah berbagai kisah yang dia campur dengan tokoh² yang dipinjamnya dari Alkitab. Di kasus lain, Muhammad menyelipkan kisah tokoh² ini di waktu sejarah yang salah, kadang² perbedaannya seratus tahun, kadangkala ribuan tahun.
Qur’an Mengisahkan Haman dan Menara Mesopotamia di Mesir di Jaman Musa
Contohnya nih, Muhammad mengatakan bahwa Haman, perdana menteri Raja Persia Ahasuerus dan menara Mesopotamia di Mesir, berada di jaman yang sama dengan jaman Musa. Ahasuerus itu dikenal oleh berbagai ahli sejarah sebagai Xerxes, yang jadi Raja di tahun 486 SM, dan bukan di jaman Musa yang hidup di abad ke 15 SM. Muhammad mengatakan Firaun meminta Haman membakar batu bata dan membangun menara sehingga dia bisa naik surga dan melihat tuhannya Musa. Ini keterangan Muhamad di Qur’an, Sura al-Qasas (28), ayat 38:
Dan berkata Firaun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”.
Muhammad mencontek kisah ini dari Kejadian 11:3,4. Setelah bencana air bah:
Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik.” Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat.
Juga kata mereka: “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.”
Kita tahu bahwa para Firaun tidak pernah membangun menara apapun yang serupa dengan menara Mesopotamia. Masyarakat Mesir kuno tidak pernah membakar batu batu sampai di jaman Romawi menjajah Mesir. Sebelum jaman Romawi, orang² Mesir menggunakan batu untuk membangun piramida dan bangunan² ibadahnya. Untuk membangun rumah, mereka menggunakan batu bata yang dibuat dikeringkan oleh sinar matahari.
Muhammad Menyebut “Orang² Samiri” di jaman Musa, Meskipun Orang² Samiri (Samaria) Baru Muncul di Abad 6 SM
Contoh lain kesalahan judul terdapat di cerita Muhammad tentang anak sapi emas. Di kitab Keluaran tertulis bahwa Harun membuat patung ini di gurun. Kejadian ini berlangsung saat Musa naik ke gunung untuk menerima Sepuluh Perintah Tuhan. Karena tekanan bani Israel yang tidak sabar lagi setelah menunggu Musa selama 40 hari, Harun tunduk pada permintaan bani Israel dan membuat patung anak lembu emas untuk disembah mereka. Muhammad melaporkan kejadian ini di Qur’an, Sura Ta Ha (20), ayat 85-97 sebagai berikut:
85. Allah berfirman: “Maka sesungguhnya kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.
86. Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: “Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?”
87. Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya”,
88. kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: “Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa”.
89. Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan?
90. Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: “Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku”.
91. Mereka menjawab: “Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami.
92. Berkata Musa: “Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat,
93. (sehingga kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?” 94. Harun menjawab: “Hai putra ibuku janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): “Kamu telah memecah antara Bani Israel dan kamu tidak memelihara amanahku”.
95. Berkata Musa: “Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?”
96. Samiri menjawab: “Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku”.
97. Berkata Musa: “Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan: “Janganlah menyentuh (aku)”. Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan).
Ketika Muhammad menyebut nama “orang² Samir”, dia berpikir tentang Simon, tukang tenung Samiri (Samaria) yang disebut di kitab Kisah Para Rasul (KPR). Simon meniup orang² di kota Samaria dengan sihirnya dan dicela oleh Rasul Petrus. Persamaan akan celaan Musa pada orang² Samiri di Qur’an dan celaan Petrus pada orang² Samiri di KPR menunjukkan bahwa Muhammad menempatkan orang² Samaria (di KPR) di jaman Musa, padahal dua kejadian ini terpisah sebanyak 1500 tahun.
Kota Samiri dibangun oleh Omri, Raja Israel, di sekitar tahun 880 SM, tapi nama “orang² Samaria” baru tercatat di uang logam setelah abad ke SM, saat masyarakat Assyria dibawa ke Samaria setelah Sargon II menguasai kota itu di tahun 721 SM. Muhammad tidak tahu sejarah masyarakat Samaria, sehingga dia melakukan kesalahan sejarah yang fatal.
Muhammad di Qur’an Tak Bisa Membedakan antara Maria Ibu Yesus dengan Miriam Saudara Harun dan Musa
Contoh lain kebingungan Muhammad akan fakta sejarah kronologi Alkitab tentang Maria. Tampaknya dia dikelabui oleh orang² Mandaea sehingga dia menganggap Maria ibu Yesus adalah sama dengan Miriam saudara perempuan Harun dan Musa yang disebut di Alkitab. Maria ibu Yesus dalam bahasa Arab disebut dengan nama Miriam, dan ini menjadi sama dengan nama Miriam saudara perempuan Harun dan Musa (kitab Bilangan 26:59). Di Qur’an, Sura Maryam (19), ayat 28, tercantum:
Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”,
Melalui Qur’an-nya, Muhammad ingin menyatakan bahwa Maria ibu Yesus adalah tokoh yang sama dengan Miriam saudara perempuan Harun dan Musa. Hal ini diulang kembali di Sura lain di mana Muhammad beranggapan bahwa Yokhebed, istri Amram (ayah Harun dan Musa), mengamanatkan Maria ibu Yesus ketika baru lahir. Beginilah isi Qur’an, Sura al-Imran (3), ayat 35, 36:
(Ingatlah), ketika istri Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitulmakdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk.”
Muhammad menyatakan ayat Qur’an di atas, padahal Miriam saudara Harun dan putri Amram lahir di akhir abad ke 16 SM, sedangkan Maria ibu Yesus lahir sekitar tahun 26-20 SM.
Kebingungan Muhammad akan sejarah adalah karena keterangan dari yang ngawur dari orang² Mandaea, yang datang pertama kali di Mesopotamia pada abad 2 SM. Orang² Mandaea dikenal di Arab sebagai orang² Sabi. Muhammad mengenal ajaran² mereka, dan kadangkala dia pun disebut sebagai orang Sabi oleh masyarakatnya karena dia mempraktekkan tatacara ibadah Sabi, seperti sholat lima waktu, wudhu sebelum sholat seperti yang dilakukan Mandaea Sabi, melakukan gerakan sholat yang sama seperti orang Sabi. Orang² Mandaea mengira bahwa Maria ibu Yesus adalah saudara Musa dan Harun. Di buku mereka yang berjudul Haran Gawaita, yang ditulis di abad 3 SM, kita baca di buku itu bahwa Yesus:
ditempatkan di dalam rahim Maria, putri Musa. Dia disembunyikan dalam kandungannya selama sembilan bulan. Ketika sembilan bulan telah berlalu, Maria bersalin dan melahirkan sang Messiah. [1]
[1] Haran Gawaita , Citta del Vaticano, Biblioteca Apostolica, hal. 3
Muhammad disebut sebagai orang Sabi oleh orang² Mekah. Contohnya, setelah dia kembali dari salah satu dakwahnya, dia merasa haus. Teman²nya bertanya pada seorang wanita yang membawa kantung air untuk memberi air pada Muhammad. Wanita itu bertanya, “Di mana?” Mereka menjawab, “Pada Nabi Allah.” Wanita itu lalu menjawab, “Pada orang yang disebut orang Sabi itu?” Mereka menjawab, “Tepat, kepada orang yang kau sebut orang Sabi itu.” Wanita itu kembali ke Mekah dan berkata, “Dua pria yang bertemu denganku membawaku menemui orang Sabi.” [2] Kita lihat bahwa Muhammad dikenal masyarakat Mekah sebagai orang Sabi, dan mereka menyebut pengikut Muhammad sebagai Sabi Muhammad pula. [3] Hal ini menunjukkan pada kita bahwa orang² Arab di jaman Muhammad mengetahui dengan baik orang² Sabi, dan juga tata cara ibadah dan ajaran agamanya. Mereka tahu dekatnya hubungan Muhammad dengan sekte Sabi di Mekah, sehingga Muhammad ketika Muhammad menyatakan agama barunya, masyarakat Mekah mengira agama itu muncul dari kaum Sabi yang hidup diantara mereka.
[2] Al-Bukhari, (Dar al-Kutub al-Ilmiyeh, Beirut-Libenon), 1:89
[3] Ibn al-Athir, al-Kamel Fi al-Tarikh, 2: hal. 86; Tarikh al-Tabari 1, hal. 126 ; Al-Asbahani, Al Aghani 17, hal. 15-17
Ketika Hasin, ayah dari seorang Muslim bernama Umran, jadi Muslim, suku Quraish menyebutnya sebagai “Saba,” [4] yang berarti dia beralih agama dan memeluk agama Sabi. Ketika Hamzah, paman Muhammad, masuk mesjid untuk mendukung Muhammad, orang² Mekah berkata padanya, “Kami lihat kau sudah menjadi orang Sabi.” [5] Abu Lahab, paman Muhammad yang menentangnya, menyebut Hamzah sebagai “Orang Sabi yang bod0h.” [6] Semua fakta sejarah ini menunjukkan bahwa suku Quraish menggolongkan Muslim sebagai umat sekte Sabi.
[4] Halabieh, (Dar al-Maarifah, Beirut-Lebanon), 1, hal. 456
[5] Halabieh 1, hal. 477
[6] Halabieh 1, hal. 508
Tidak hanya masyarakat Quraysh saja yang menyatakan begitu, tapi suku² Arab lainnya juga. Pria bernama Labid pergi mengunjungi Muhammad dan dia menjadi Muslim. Dia kembali ke sukunya yakni Bani Amir, dan melakukan wudhu. Wudhu merupakan tatacara ibadah umat Sabi. Dia pun mengucapkan slogan² Sabi seperti “Allahu Akbar.” Labid mulai nungging dan bersujud seperti orang Sabi, sholat seperti cara Sabi, dan mengucapkan Fatihah seperti Sabi. Semua aturan sholat yang dikenal orang² Arab sebagai tatacara ibadah Sabi masuk ke dalam Islam. Sirafa bin Auf bin al-Ahwas, penyair suku Bani Amir, melihat Labib bersholat gaya Sabi dan mengejeknya melalui puisinya dengan mengatakan Labid sebagai “orang yang datang pada mereka dengan agama Sabi.” [7]
[7] Ibn al-Athir, al-Kamel Fi al-Tarikh, 2, hal. 86
Muhammad Tak Tahu Jaman Suku² Ad dan Thamud
Contoh lain yang menunjukkan kebodohan Muhammad akan kronologi sejarah ketika dia menyatakan tentang suku² Ad dan Thamud. Ad adalah suku Arab kecil yang tinggal di Arab utara di abad 2 M. Klaudius Ptolemi dari Alexandria, Mesir, lahir di tahun 90 M dan wafat di tahun 168 M. Dia menulis buku geografi terkenal di awal abad ke 2 M. Salah satu suku yang disebutnya dalam petanya adalah suku Oaditae, yang seringkali dikenal sebagai suku Ad. Ptolemi menjelaskan suku Oaditae di daerah timur Teluk Aqaba. Tiada ahli geografi manapun yang sebelumnya mengatakan tentang suku ini, meskipun penulis² klasik terkenal seperti Pliny (yang menulis sekitar tahun 69-70 M) telah menyebut semua suku² di daearah itu, tapi tak menyebut tentang suku Ad. Sebelum dia, Strabo menulis tentang daerah yang sama tanpa menyebut suku Ad. Penulis² kuno Yunani lainnya, seperti Agatharchides dari Alexandria yang menulis sekitar tahun 145-132 SM, menulis tentang daerah itu tanpa menyebut tentang suku Ad. Semua ini menunjukkan bahwa suku Ad adalah suku kecil yang muncul di abad 2 M. Tidak diketahui berapa lama suku ini ada; besar kemungkinan ditelan suku² lain di daerah itu yang lebih besar, seperti suku Thamud.
Muhammad mengatakan bahwa masyarakat suku² ini menghuni bumi di generasi manusia kedua setelah nabi Nuh. Kita baca keterangan ini di Qur’an, Sura al-A’raf (7), ayat 69:
Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada Kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.
Juga di Qur’an, Sura al-Mu’minuun (23), ayat 23:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?”
Muhammad mengatakan bahwa suku Ad dihancurkan oleh awan atau angin yang dikirim oleh Allah bagi mereka. (http://tafsir.com/default.asp?sid=7&tid=18114
The Story of Hud, Peace be upon Him, and the Lineage of the People of `Ad
Allah says, just as We sent Nuh to his people, similarly, to the `Ad people, We sent Hud one of their own brethren. Muhammad bin Ishaq said that the tribe of `Ad were the descendants of `Ad, son of Iram, son of `Aws, son of Sam, son of Nuh. I say, these are indeed the ancient people of `Ad whom Allah mentioned, the children of `Ad, son of Iram who were living in the deserts with lofty pillars or statues.)
Kalimat “melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu” di QS 7:69 menunjukkan bahwa Muhammad dipengaruhi oleh literatur Manikhea yang menjelaskan bahwa orang² yang hidup di bumi saat bencana air bah terjadi adalah raksasa² yang sangat tinggi tubuhnya. Mani, pendiri aliran kepercayaan Manikhisme, menulis buku yang berjudul Para Raksasa (The Giants). Kisah ini juga tercantum dalam literatur Gnostik lainnya yang diimani oleh umat Manikhea di abad 4 M. Di buku I Enoch tertulis bahwa para malaikat menikah dengan para wanita (manusia biasa) dan para wanita itu lalu hamil dan melahirkan raksasa² besar, yang tingginya mencapai 3000 kubit [8] (atau 1.371,6 meter) Keterangan dari Qur’an bahwa dua malaikat Harut dan Marut turun ke Babel dan mengajarkan sihir pada manusia diambil dari buku Giant of Mani (Raksasa dari Mani) [9] Adanya hubungan antara Muhammad dan umat Manikhea ditunjukkan melalui fakta bahwa banyak masyarakat dari suku Quraysh, suku asal Muhammad, yang juga memeluk kepercayaan Manikhisme. Umat Manikhea ini disebut sebagai umat Zandik di Mekah. [10]
[8] I Enoch, 7:2.
[9] John Reeves, Jewish Lore in Manichaean Cosmogony, Hebrew Union College Press, Cincinnati, 1992, hal. 88.
[10] al-Ya’akubi 1, hal. 226.
Muhammad membuat pusing umat Muslim dengan menyebut suku² Arab Ad dan Thamud di jaman Nuh, yang adalah sekitar 5000-6000 SM. Karenanya mereka pun mengarang cerita untuk mengatasi kesalahan sejarah ini. Muslim pertama yang mengajukan pemecahan masalah adalah Ibn Ishaq yang wafat sekitar tahun 774 M (152 tahun setelah Muhammad hijrah ke Medina). [11] Ibn Ishaq merubah silsilah keturunan di kitab Kejadian agar cocok dengan kesalahan sejarah di Qur’an. Dia menambahkan nama² dalam silsilah keturunan Shem, putra Nuh, dengan nama² Arab yang aneh yang tak dikenal di masa generasinya, bahkan empat sampai lima abad setelah dia mati. Dia menambah nama Ad sebagai putra Uz yang disebut di Kejadian 10:21-24, sebagai “putra Aram, putra Shem, putra Nuh.” Dia lalu mengubah silsilah nama keturunan Nuh agar terdengar lebih Arab. [12]
[11] Ibn Hisham, volume 1.
[12] Ibn Hisham, volume 1, hal. 8.
Oleh kaum terpelajar jamannya, Ibn Ishaq dikenal sebagai orang “yang mengarang silsilah keturunan yang ngawur” dan juga sebagai “pendusta, tukang tipu.” Karena tidak seorang pun sebelumnya pernah menulis silsilah keturunan seperti ciptaannya, maka ahli Islam lainnya di jaman itu menganggap dia sebagai sejarawan palsu. Tapi di generasi² berikutnya, tulisan Ibn Ishaq malahan jadi acuan sejarah yang menunjang Qur’an. Berdasarkan silsilah keturunan karangan Ibn Ishaq, Ibn Khaldun (1332-1406 M) mengatakan bahwa suku Ad tinggal di sebelah selatan Arabia dan bagian barat Afrika. [13] Dia mengarang saja keterangan ini tanpa fakta sejarah apapun yang mendukung keterangannya. Kami tak menemukan keterangan apapun yang membenarkan karangan sejarahnya, baik di penemuan arkeologi maupun tulisan² sejarah kuno. Umat Muslim menemukan sebuah kuburan tua di Hadramaut diantara kuburan² di selatan Arabia, dan dengan mudah menamai kuburan itu sebagai kuburan Hud tanpa bukti apapun dari jaman sebelum Islam.
[13] Ibn Khaldun, edisi Kay, dikutip oleh Wilfred Schoff dalam komentarnya di The Periplus of the Erythraean Sea, Munshiram Manoharial Publishers Pvt Ltd, 1995, hal. 142.
Di Qur’an, Surah 46, ayat 21 di mana tertulis:
Dan ingatlah (Hud) saudara kaum Ad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): “Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar”.
Kata Arab “Ahqaaf” berarti “jalur² pasir yang melingkar”. Umat Muslim berkata bahwa suku Ad pertama hidup di Al Ahqaaf, yang katanya terletak di Arabia selatan di gurun pasir Rub al-Khali di perbatasan Hadramaut. Tapi Qur’an mengatakan tentang Nabi Hud yang menurut Qur’an adalah nabi untuk suku Ad, yang memperingatkan suku Ad akan kehancuran melalui jalur pasir yang berputar. Inilah yang dimaksud dalam QS 46:21. Di ayat 24 dinyatakan datangnya angin kepada suku Ad, yang menurut Qur’an, menghancurkan segalanya.
Para penulis Islam awal mengerti makna kata Ahqaaf bukanlah berarti suatu tempat, tapi adalah angin berpasir. Diantara para penulis ini, aku sebut al-Feiruzabadi. [14]
[14] al-Feiruzabadi, al-Khamus al-Muheet, (Kairo, 1913), bab 3, hal. 129.
Qur’an menyatakan suku Ad tinggal di Arabia utara dan bukan selatan. Maksud makna ayat itu dalam Qur’an adalah bahwa suku Ad kuno ini tinggal di tempat yang sama di mana suku Thamud bertempat, tak lama setelah suku Ad dihancurkan dengan serangan angin. Qur’an menjelaskan dengan tegas tempat tinggal suku Ad dan Thamud dengan menjabarkan tempat di mana rumah² dipahat dalam bebatuan pada pegunungan, dan kita tahu tempat seperti ini hanya ada di bagian tertentu Arab utara dekat kota Hijra. Pada kenyataannya, itu adalah kota Nabasia di mana orang² Thamud hidup di Arab barat laut. Di Sura Al-A’raf (7), ayat 69 kita lihat bahwa Muhammad mengatakan suku Ad muncul satu generasi setelah Nuh, dan dia menjelaskan kehancuran suku itu. Lalu tiba² di ayat 73 dan 74, dia mulai bicara tentang suku Thamud sebagai generasi berikutnya setelah suku Ad dan suku Thamud menempati daerah itu.
Rumah² dipahat di bebatuan, di kota kuno Hijra, Arab utara.
Qur’an, Sura Al-A’raf (7), ayat 69
Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada Kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.
Qur’an, Sura Al-A’raf (7), ayat 73,74
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. Ia berkata. “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apa pun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih.”
Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum `Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.
Sudahlah jelas bahwa Muhammad menempatkan suku Ad kuno (yang katanya muncul setelah Nabi Nuh) di tempat di mana rumah² dipahat di bebatuan, dan di Sura al-Hijr (15), ayat 80, 82 dia mengatakan bahwa daerah itu adalah kota Hijra (atau Hijr):
Dan sesungguhnya penduduk-penduduk kota Al Hijr telah mendustakan rasul-rasul,
dan Kami telah mendatangkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami, tetapi mereka selalu berpaling daripadanya,
dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman.
Kita tahu bahwa Hijra terletak di baratlaut Arabia, dan dibangun oleh orang² Nabasia, yang terkenal sebagai orang² yang memahat rumah² mereka di bebatuan. Jadi tampak jelas bahwa yang dimaksud Muhammad sebagai “suku Ad kuno” adalah suku yang hidup sebelum suku Thamud di daerah Hijra di sebelah baratlaut Arabia, dan bukanlah suku yang hidup di selatan Arabia. Dia menempatkan suku Ad sebagai generasi manusia setelah Nabi Nuh, meskipun faktanya kita ketahui bahwa suku Thamud baru muncul di abad 8 SM (ini akan kubahas di paragraf² berikut). Suku Ad muncul di daerah yang sama dengan suku Thamud di abad 2 M.
Para penulis Muslim mengatakan bahwa “suku Ad kuno” hidup di Arabia selatan dan menghilang dua atau tiga abad sebelum jaman Kristen. Tapi tak ada suku atau negara apapun yang hidup di Arabia selatan yang tanpa memiliki dokumentasi arkeologi sejarah. Tiada naskah apapun dari Arabia selatan yang menyebut tentang suku Ad, meskipun prasasti² sejarah dari Arabia selatan merupakan yang paling lengkap di seluruh dunia. Bahkan negara yang terkecil sekalipun ditulis dengan panjang lebar dalam ratusan prasasti.
Kesalahan Sejarah Fatal Muhammad tentang Suku Thamud
Hal ini membawa kita kepada pembahasan suku Thamud. Muhammad mengatakan bahwa penduduk kota Hijra, kota yang dibangun di abad ke 1 SM di mana rumah² dipahat dalam bebatuan oleh masyarakat Nabasia, adalah masyarakat Thamud. Muhammad menyebut mereka sebagai manusia generasi ketiga dalam sejarah setelah bencana air bah, langsung setelah suku Ad dan Nuh. Dia juga mengatakan bahwa mereka akan dilenyapkan dari sejarah manusia seperti yang dikatakannya di:
Qur’an, Sura Al-A’raf (7), ayat 73,74
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. … Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum `Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah …
Berdasarkan fakta sejarah, suku Thamud adalah suku Arab dan baru muncul di abad 8 SM. Di akhir abad tersebut, mereka bersama suku Arab lainnya menyerang perbatasan Assyria, dan dikalahkan oleh Sargon II, yang lalu membawa sebagian masyarakat Thamud ke Samaria. [15]
[15] Prasasti Sargon, (Ta-mu-di, Lie, The Inscriptions of Sargon II, King of Assyria, 20:120; Lyon 4:20; Iraq 16 {1954}, 199:18); dikutip oleh The Ancient Arabs, I. Eph’al, E.J. Brill, Leiden, 1982, hal. 230.
Muhammad di Qur’an, Sura al-Hijr (15), ayat 80 menempatkan suku Thamud sebagai penduduk kota Arab bernama Hijr:
Dan sesungguhnya penduduk-penduduk kota Al Hijr telah mendustakan rasul-rasul,
dan Kami telah mendatangkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami, tetapi mereka selalu berpaling daripadanya,
dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman.
Di jaman Muhammad, kota Hijra dikenal sebagai Hijr. Di jaman sekarang, nama Hijr masih tetap digunakan untuk menyebut daerah reruntuhan Hijra. Hijra terletak sekitar 24 km dari kota tua Didan [16] Kota Hijra dipahat di bebatuan keras oleh masyarakat Nabasia di abad 1 SM. [17] Orang² Nabasia adalah satu²nya masyarakat yang membangun rumah dengan cara ini. Tempat yang dihuni orang² Nabasia asalnya adalah kampung kecil Lihyanit. Masyarakat Lihyanit muncul di abad 6 SM. Meskipun kota itu dibangun oleh orang² Nabasia di abad 1 SM, Muhammad menulis kota itu muncul di generasi ketiga setelah air bah Nuh.
[16] F.V. Winnet dan W.L.Reed, Ancient Records from North Arabia, University of Toronto Press, 1970, hal. 130.
[17] F.V. Winnet dan W.L.Reed, Ancient Records from North Arabia, University of Toronto Press, 1970, hal. 130.
Muhammad menyebut kota ini dan ciri khasnya dengan suku Thamud, meskipun orang² Thamud tidak pernah memahat rumah mereka dalam bebatuan seperti orang² Nabasia, meskpun sebagian orang Thamud hidup di tenda² di kota di mana suku itu berkembang setelah dimulainya jaman Kristen. Apa yang terjadi dengan suku Thamud? Muhammad mengatakan bahwa mereka dihakimi melalui tangisan, dan dilenyapkan dari sejarah, seperti yang tertulis di Qur’an, Sura Hud (11), ayat 67, 68:
Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang lalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya.
Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud.
Padahal faktanya masyarakat Thamud tetap hidup sebagai suku yang berkembang teratur sampai abad 5 M.
PERIHAL MASYARAKAT MIDIAN
Muhammad mengatakan bahwa masyarakat Midian hidup di jaman Sodom dan Gomorah, dan lenyap sama sekali dari sejarah manusia.
Masyarakat Thalmud bukanlah satu²nya masyarakat yang disebut Muhammad lenyap sama sekali. Muhammad mengatakan masyarakat Midian hidup di jaman Sodom dan Gomorah, dan akhirnya lenyap dari sejarah manusia. Di Qur’an, Sura Hud (11), ayat 89, Muhammad menciptakan tokoh Nabi Syuaib yang katanya berbicara dengan masyarakat Midian. Syuaib berkata pada mereka:
Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Saleh, sedang kaum Lut tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu.
Huda dan Saleh merupakan nama² Nabi yang dikatakan Muhammad mengunjungi suku² Ad dan Thamud. Dia memberi tanggal waktu bagi orang² Midian yang sangat dekat dengan waktu terjadinya hukuman Tuhan pada Lut, hanya satu atau dua generasi dari kehancuran kota Sodom dan Gomorah yang terjadi di tahun 2070 SM. Menurut kronologi Muhammad, masyarakat Midian hidup sekitar 2040-2010 SM.
Alkitab mengatakan kisah yang lain. Kaum Midian berasal dari Keturah, di mana Abraham menikah setelah Sarah wafat, seperti yang dilaporkan di Kejadian 25:1-6
Abraham mengambil pula seorang isteri, namanya Ketura.
Perempuan itu melahirkan baginya Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak dan Suah.
Yoksan memperanakkan Syeba dan Dedan. Keturunan Dedan ialah orang Asyur, orang Letush dan orang Leum.
Anak-anak Midian ialah Efa, Efer, Henokh, Abida dan Eldaa. Itulah semuanya keturunan Ketura.
Abraham memberikan segala harta miliknya kepada Ishak,
tetapi kepada anak-anaknya yang diperolehnya dari gundik-gundiknya ia memberikan pemberian; kemudian ia menyuruh mereka–masih pada waktu ia hidup–meninggalkan Ishak, anaknya, dan pergi ke sebelah timur, ke Tanah Timur.
Hanya setelah abad ke 18 SM saja keturunan Midian membentuk sebuah negara.
Inilah keterangan Muhammad dari Qur’an, Sura Hud (11), ayat 94,95, yang menyebut kaum Midian dilenyapkan seluruhnya:
Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang lalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.
Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Mad-yan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa.
Melenyapkan kaum Midian dari sejarah peradaban manusia di masa yang sama dengan masa Lut masih hidup menunjukkan bahwa Muhammad sama sekali tak mengenal sejarah kaum tersebut. Tidak hanya dia tak mengetahui kronologi masyarakat dalam sejarah, tapi dia pun menghilangkan negara² dari sejarah peradaban manusia di masa yang dekat dengan masa hidupnya. Dia mengatakan bahwa mereka telah lenyap di jaman kuno.
Di lain pihak, Alkitab banyak menjelaskan mengenai kaum Midian. Musa hidup bersama mereka selama 40 tahun ketika dia berada di Sinai selatan. Dia menikahi seorang wanita Midian. Mertua Musa yakni Jethro adalah pendeta kaum Midian, dan Musa tidak pernah mengatakan kaum Midian hancur lenyap seperti yang dikatakan Qur’an. Musa juga tidak pernah menyebut Syuaib, nabi yang dikatakan Muhammad mengunjungi kaum Midian. Sejarah menunjukkan bahwa kaum Midian terus hidup di Sinai dan Arabia utara sejak jaman Perjanjian Lama, dan sampai masa Kristen pula.
Dalam Qur’an, Muhammad mengatakan Suatu Teriakan Gaib Menghancurkan Kota Antiokhia di Abad 1 M
Muhammad mengatakan dalam Qur’an-nya bahwa suatu teriakan gaib menghancurkan masyarakat kota Antiokhia di abad 1 M. Inilah keterangannya di Qur’an, Sura Ya Sin (36), ayat 13:
Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka;
(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu”.
Mereka menjawab: “Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka”.
Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami”.
Para pencerita Hadis dan Sira membenarkan bahwa kota yang disebut dalam QS 36:13 ini adalah Antiokhia di Asia Minor. Al-Khurtubi dalam tafsir Qur’an-nya membenarkan bahwa Antiokhia adalah kota yang dimaksud dalam ayat tersebut. [18]
[18] Al-Khurtubi, Al Jama’ al-Ahkam al-Quran, 15, hal. 14; Abu Hayyan Al-Andalusi, Tafsir al-Baher al-Muhit, 7, hal. 327.
Sudah jelas bahwa yang dimaksud Muhammad sebagai utusan² di ayat itu adalah Barnabas dan Paulus, dua rasul yang mengajar dan berkhotbah di Antiokhia. Lalu kesaksian mereka di kota itu dikuatkan dengan kehadiran Silas, yang dikatakan Qur’an dengan jelas sebagai “Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga.”


Letak kota Antiokhia di Syria dan kota Antiokhia, Pisidia. Kota² ini dikunjungi Rasul Paulus. Muhammad tak tahu bahwa ada dua kota Antiokhia, dan dia menggabungkan saja keduanya jadi satu.
Ancaman rajam bagi para rasul tidak terjadi di Antiokhia (di Syria, sekarang adalah Antakya, Turki) seperti yang dikatakan Qur’an, tapi di Antiokhia lain di Pisidia (dekat propinsi Galatia). Rupanya Muhammad tidak mengetahui missi pertama ke Antionkhia Syria, dan perjalanan misionari seterusnya, seperti yang dilaporkan di kitab Kisah Para Rasul. Kita baca di kitab tersebut bahwa Roh Kudus mengirim Paulus dan Barnabas untuk melakukan misi perjalanan dan Markus kemudian ikut bergabung. Di Antiokhia Pisidia, orang² melempari mereka dengan batu. Rupanya Muhammad mengira Antiokhia Pisidia adalah sama dengan kota besar Antiokhia di Syria, sehingga dia menggabung begitu saja dua kejadian misi tersebut dalam satu paragraf di Qur’an. Memang dia itu punya kebiasaan melaporkan bab² penting Alkitab dalam kalimat² dan paragraf² yang pendek dan ngawur.
Lalu kita baca pula dalam Sura 36 ayat 29 bahwa ada teriakan gaib yang menghakimi dan menghancurkan penduduk Antiokhia sehingga “satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati.” Para pelapor hadis membenarkan bahwa kota Antiokhia dihancurkan, bersama raja dan penduduknya karena teriakan itu. Salah satu pelapor hadis adalah Qatada, pelapor utama dari hadis² Muhammad. Pelapor utama lainnya adalah Abdullah ibn Abbas, [19] saudara sepupu Muhammad. Perkataan² Ibn Abbas bahkan dianggap Muslim nomer dua terpenting setelah Qur’an.
[19] Tabari Abi Jaafar bin Jarir, Tarikh al-Tabari, Dar al-Kutub al-Ilmiyeh, (Beirut-Lebanon, 1991), Volume pertama, hal. 379, 380.
Kota Antiokhia di jaman Kristen penuh dengan para filsuf dan ahli geografi Yunani, dan juga para ketua umat Kristen. Kita memiliki banyak peninggalan naskah dari Antiokhia bahkan tentang kejadian² yang kurang penting sekalipun. Banyak catatan dari sejarawan Romawi yang mencatat dengan tepat segala perbuatan penting yang dilakukan sang Kaisar di setiap kota. Meskipun kota Antiokhia merupakan kota ketiga terpenting Romawi setelah kota Roma dan Alexandria, tiada laporan apapun yang menyebut tentang teriakan gaib yang menghancurkan penduduknya, bahkan sebagian saja pun tidak. Muhammad tidak sadar bahwa dongengnya tentang teriakan gaib itu tidak ditunjang dengan fakta apapun di Antiokhia, Asia Minor. Hal ini menunjukkan kebodohan para sahabat Muhammad yang percaya saja keterangan salah tersebut. Mereka bahkan tidak tahu akan kebudayaan dunia beradab Antiokhia yang dikatakan Qur’an sudah lenyap itu ternyata yang masih ada di jaman mereka.
Qurr’an menunjukkan petunjuk kronologi sejarah yang salah ketika menyatakan berbagai kalimat yang tak dapat dipertanggungjawabkan, kekeliruan tokoh² Alkitab, dan pengacauan fakta sejarah. Muhammad memanfaatkan para pengikutnya di Medina yang kebanyakan tak mengerti sejarah. Muhammad menggunakan kebodohan mereka yang tak bisa membedakan antara fakta dan dongengnya. Apakah Muslim jaman sekarang masih terus membela Qur’an sedangkan fakta sejarah menunjukkan kesalahan Qur’an yang sangat jelas?
Burung Hupu (Hud-Hud), Salomo (Sulaiman) dan Ratu Syeba (Saba) 
Perbandingan antara narasi Alkitab tentang Kedatangan Ratu Saba pada Raja Salomo dengan Narasi Dongeng Nabi Sulaiman di Qur’an
Kita akan membandingkan posisi Qur’an tentang kedatangan Ratu Sheba kepada Raja Salomo dengan Alkitab dan fakta sejarah tentang kunjungan ini.
Pertama-tama, perlu diperhatikan hubungan dagang antara Saba atau Sheba di negara² Yemen dan Mediterania seperti Israel.
Tuhan menganugerahi Salomo dengan hikmat yang sangat besar sehingga raja² lain ingin mendengar hikmatnya dan datang padanya dengan membawa berbagai hadiah, termasuk Ratu Sheba. Di kitab Raja² I, bab 10, kita baca kedatangan Ratu Sheba kepada Raja Salomo sebagai berikut:
Ketika ratu negeri Syeba mendengar kabar tentang Salomo, berhubung dengan nama TUHAN, maka datanglah ia hendak mengujinya dengan teka-teki.
Ia datang ke Yerusalem dengan pasukan pengiring yang sangat besar, dengan unta-unta yang membawa rempah-rempah, sangat banyak emas dan batu permata yang mahal-mahal. Setelah ia sampai kepada Salomo, dikatakannyalah segala yang ada dalam hatinya kepadanya.
Dan Salomo menjawab segala pertanyaan ratu itu; bagi raja tidak ada yang tersembunyi, yang tidak dapat dijawabnya untuk ratu itu.
Ketika ratu negeri Syeba melihat segala hikmat Salomo dan rumah yang telah didirikannya,
makanan di mejanya, cara duduk pegawai-pegawainya, cara pelayan-pelayannya melayani dan berpakaian, minumannya dan korban bakaran yang biasa dipersembahkannya di rumah TUHAN, maka tercenganglah ratu itu.
Dan ia berkata kepada raja: “Benar juga kabar yang kudengar di negeriku tentang engkau dan tentang hikmatmu,
tetapi aku tidak percaya perkataan-perkataan itu sampai aku datang dan melihatnya dengan mataku sendiri; sungguh setengahnyapun belum diberitahukan kepadaku; dalam hal hikmat dan kemakmuran, engkau melebihi kabar yang kudengar.
Berbahagialah para isterimu, berbahagialah para pegawaimu ini yang selalu melayani engkau dan menyaksikan hikmatmu!
Terpujilah TUHAN, Allahmu, yang telah berkenan kepadamu sedemikian, hingga Ia mendudukkan engkau di atas takhta kerajaan Israel! Karena TUHAN mengasihi orang Israel untuk selama-lamanya, maka Ia telah mengangkat engkau menjadi raja untuk melakukan keadilan dan kebenaran.”
Lalu diberikannyalah kepada raja seratus dua puluh talenta emas, dan sangat banyak rempah-rempah dan batu permata yang mahal-mahal; tidak pernah datang lagi begitu banyak rempah-rempah seperti yang diberikan ratu negeri Syeba kepada raja Salomo itu.
Kapan sih Ratu Syeba Berkunjung Menemui Raja Salomo?
Kitab 1 Raja² menjelaskan bahwa Raja Salomo telah menyelesaikan tugas²nya yang terpenting sebelum kedatangan Ratu Syeba. Tugas² tersebut antara lain adalah pembangunan Bait Allah di Yerusalem, pembangunan istananya, dan pembentukan armada angkatan lautnya dengan bantuan Hiram, Raja Tirus. (Kemudia Salomo menikah dengan putri Hiram.)


Istana Raja Salomo.

Bait Allah yang dibangun Salomo.
Salomo naik takhta di tahun 971 SM. Lima tahun kemudian, dia mulai membangun Bait Allah, dan selesai 7 tahun kemudian, yakni sekitar 959 SM. Lalu dia mulai membangun istananya. Menurut 1 Raja² 7:1, “Salomo membangun juga istana untuk dirinya. Pembangunan istana itu makan waktu tiga belas tahun. “ Ini berarti istana selesai dibangun sekitar tahun 945 SM. Lalu dia ingin berdagang emas dengan negeri Ofir di teluk Persia, maka dia membangun angkatan laut di Ezion-Geber dekat Elath di Laut Merah. Kita baca keterangan tersebut di 1 Raja² 9:26-28 sebagai berikut:
Untuk armadanya, Raja Salomo membuat kapal-kapal di Ezion-Geber, dekat Elot di pantai Teluk Akaba, wilayah Edom.
Raja Hiram mengirim awak-awak kapalnya yang berpengalaman untuk berlayar bersama awak-awak kapal Salomo.
Pernah mereka berlayar ke negeri Ofir untuk mengambil 14.000 kilogram emas dan membawanya kepada Salomo.
Menurut Alkitab, semua prestasi ini dilakukan sebelum Ratu Syeba tiba di Yerusalem. Jika dihitung waktunya, maka kedatangan Ratu Syeba adalah antara tahun 940 sampai 935 SM.
Bagaimana Ratu Syeba (Saba) Mengetahui Hikmat Besar Salomo?
Kita mungkin bertanya bagaimana Ratu Syeba bisa mengetahui besarnya hikmat Salomo? Ada kemungkinan bahwa para pedagang Sabi telah melakukan perjalanan dagang dari Arabia Utara di abad ke 10 SM. Jika hal ini benar, maka kota² ber-oasis seperti Thema, Didan, dan Qedar, hanyalah desa² kecil saja, yang menyediakan fasilitas dagang sepanjang jalan dari Yemen ke Israel. Kemungkinan inilah alasan mengapa sang Ratu bertekad untuk melakukan perjalanan ke Yerusalem dan bukannya berlayar melalui laut. Di abad sebelumnya, tidaklah mungkin untuk melakukan perjalanan melalui daratan.
Aku yakin bahwa nama Salomo telah terkenal di Saba bertahun-tahun sebelum Ratu Syeba datang berkunjung karena armada lautnya yang besar. Kapal² Salomo berlayar di sepanjang Laut Merah ke Ofir di Teluk Persia dan banyak melakukan persinggahan di berbagai pelabuhan, dan sebagian adalah pelabuhan² Saba (Syeba) yang merupakan persinggahan terpenting di Laut Merah. Pelabuhan² Saba merupakan tempat di mana kapal² dagang mengambil perbekalan air dan makanan. Hal ini membuat Raja Israel itu terkenal diantara para pelaut karena hikmatnya, Bait Allah-nya yang megah, dan dianggap sebagai keajaiban dunia kuno, sejajar dengan kebesaran Tembok Besar China dan piramid² Mesir. Masyarakat Israel dan raja² lain kagum akan kebijakan Salomo, dan hal inilah yang disampaikan para pelaut Israel kepada orang² ketika sedang berlabuh di pelabuhan² Saba.
Bertahun-tahun sebelum armada angkatan laut Salomo terbentuk, Raja Hiram dari Tunisia mulai menyebarkan armadanya dari Laut Merah sampai Teluk Persia. Hiram berlayar ke Ofir, melalui pelabuhan² Saba. Seperti yang telah kita ketahui, Hiram berdagang di Mediterania dan menyediakan bagi Salomo, menantunya, emas, kayu² istimewa, dan batu² berharga. Negara² Mediterania dihubungkan oleh Teluk ke negara² besar lain seperti Dilmun (sekarang Bahrain) dan Magan (sekarang Oman). Di sana juga terdapat pelabuhan² yang kaya raya seperti Jerra, yang merupakan tempat dagang dengan India dan menyediakan barang² Asia jauh bagi orang² Tunisia. Dengan adanya hubungan ini, kabar tentang para raja, termasuk Salomo, tersebar luas ke berbagai kerajaan di seluruh jalur perdagangan laut internasional. Ini memungkinkan para penguasa mengetahui kebijakan Salomo dan akhirnya mereka mencoba berhubungan dekat dengannya. Kita lihat keterangan ini di Alkitab, 1 Raja² 4:31,34 sebagai berikut:
Ia lebih bijaksana dari pada semua orang, …
Maka datanglah orang dari segala bangsa mendengarkan hikmat Salomo, dan ia menerima upeti dari semua raja-raja di bumi, yang telah mendengar tentang hikmatnya itu.
Semua lalulintas laut dari India ke Teluk Persia melampaui pelabuhan² Saba, dan membawa pula semua berita dari daerah Mediterania, terutama berita tentang Raja Salomo yang terkenal akan hikmatnya dari Tuhan. Dia jadi terkenal di pelabuhan² Saba. Dengan demikian bagaimana mungkin Ratu Saba (Syeba) tak pernah mendengar tentang Raja bijak dari Yerusalem seperti yang dikatakan Qur’an? Apakah mungkin Ratu Syeba merupakan satu²nya penguasa di Timur Tengah yang tak pernah mendengar tentang Raja Salomo? Koneksi maritim antara Salomo dan Ofir di daerah Teluk melampaui Saba membuat kita yakin bahwa Ratu Syeba adalah penguasa pertama yang mendengar tentang kerajaan Salomo. Dengan demikian, ada kemungkinan pula bahwa Raja Salomo bersahabat dengan kerajaan Saba dan Ratunya.
Dongeng Qur’an tentang Kunjungan Ratu Syeba kepada Raja Salomo, Dicontek dari II Targum Esther
Sungguh sukar dipercaya bahwasanya Qur’an mengatakan bahwa Raja Salomo (Sulaiman) tidak pernah mendengar Kerajaan Saba atau Ratunya yang terkenal sampai seekor burung hupu mengatakan padanya tentang sang Ratu. Qur’an, Sura al-Naml (Semut²) (27), mengisahkan dongeng kunjungan Ratu Saba kepada Sulaiman. Sulaiman mengumpulkan tentaranya yang terdiri dari para Jin (setan dedemit), orang², dan burung² untuk memerangi semut². Setelah itu Sulaiman tidak melihat kehadiran burung hupu (hud-hud) dan mengancam akan menyembelihnya. Burung hupu datang membawa kabar tentang negara Saba dan Ratunya. Lalu Sulaiman mengirim pesan melalui burung hupu bahwa dia akan menyerang jika Ratu tidak tunduk padanya. Ratu pun lalu tunduk tapi sebelum dia datang, Jin Iprit, di bawah perintah Sulaiman, membawa singgasana Ratu ke Yerusalem dalam waktu sedetik.
Burung hupu atau hud-hud.
Dongeng Qur’an ini dicontek Muhammad dengan sedikit perubahan dari buku dongeng Yahudi yang berjudul II Targum Esther. Burung dalam dongeng Targum adalah ayam jantan liar, sedangkan di Qur’an adalah burung hupu. Targum mengisahkan elang² membawa singgasana Ratu, sedangkan Qur’an menggunakan Jin Iprit. Selain itu, dongeng Qur’an sama persis seperti dongeng Targum.
Buku II Targum Eshter ditulis sebelum jaman Yesus dan tersebar luas diantara suku² Arab yang memeluk agama Yudaisme. Dongeng ini pun tercantum dalam syair² Arab yang ditulis sebelum jaman Muhammad, dan syair² orang² yang mengaku sebagai Nabi di Arabia sebelum jaman Muhammad. Salah satu dari mereka adalah Umayya bin Abi al-Salt, sepupu Muhammad dari pihak ibu. [20] Sebelum Umayya, Tubb’a, pemimpin Yemen yang menguasai kota Mekah di sekitart tahun 425 M, berbicara tentang burung hupu, Salomo dan Ratu Syeba . [21] Hal ini karena ketika Tubb’a menguasai Yathrib (nama asli Medina), membawa dua rabi dari masyarakat Yahudi dan membawa mereka ke Yemen. Merekalah yang menyampaikan berbagai dongeng Yahudi kepada Tubb’a, dan Tubb’a lalu memasukkan dongeng² tersebut ke dalam puisi²nya. [22] Diantara dongeng² itu adalah dongeng tentang burung hupu yang menemukan kerajaan Syeba dan lalu memberitahu Raja Salomo. Hal ini membuktikan bahwa buku II Targum Eshter di jaman Tubb’a (paruh awal abad 5 M) telah tersebar luas diantara masyarakat Yahudi di Arabia.
[20] Diwan Umayya Bin Abi al-Salet, hal. 26; dikutip oleh Jawad Ali, al-Mufassel Fi Tarikh al-Arab Khabel al-Islam, Dar al-Ilem Lialmalain, (Beirut, 1978), Volume vi, hal. 490
[21] Tarikh al-Tabari, Abi Jaafar Bin Jarir al-Tabari, Dar al-Kutub al-Ilmiyeh, (Beirut-Lebanon, 1991), I, hal. 426- 429
[22] Tarikh al-Tabari, I, hal. 426-428; al-Ya’akubi I, 226
Seperti yang telah kukatakan sebelumnya, Qur’an mencontek dongeng dari II Targum Esther dengan sedikit perubahan. Targum menyatakan bahwa Ratu Syeba datang di istana Salomo, yang sedang duduk di atas air dan Ratu pun mengangkat gaunnya. Qur’an mencontek kejadian ini dari narasi Targum. Inilah paragraf dari Targum:
Sekarang ketika Raja Salomo mendengar bahwa Ratu sedang datang menujunya, Raja bangkit dan duduk di dalam kolam pemandiannya. Ketika Ratu melihat Raja sedang duduk dalam sebuah kolam pemandian, dia berpikir, “Sang Raja tentunya sedang duduk dalam air.” Maka dia mengangkat gaunnya dan berjalan masuk air. Ketika melihat bulu² kakinya, maka Raja Salomo berkata, “Kecantikanmu adalah kecantikan wanita, tapi buku kakimu seperti bulu kaki pria.” Bulu kaki tampak bagus pada pria, tapi memalukan jika pada wanita.
Muhammad mencontek kisah Targum ini dalam Qur’an, Sura al-Naml (27), ayat 44:
Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya.
Nimrod (Namrud) dalam Qur’an 
Menurut kitab Kejadian 10:8-11, Nimrod merupakan pembangun pertama kota² tua Mesopotamia. Dia adalah putra Kush, putra Ham, putra Nuh. Diperkirakan dia hidup diantara tahun 5000 – 4500 SM. Silsilah keturunan versi Islam menyatakan dengan benar bahwa Nimrod adalah putra Kush, tapi salah saat mengatakan dia hidup di sekitar jaman Abraham. [23]
[23] Tarikh al-Tabari, I, hal. 128
Kejadian 10:8-11
Kush memperanakkan Nimrod; dialah yang mula-mula sekali orang yang berkuasa di bumi;
ia seorang pemburu yang gagah perkasa di hadapan TUHAN, sebab itu dikatakan orang: “Seperti Nimrod, seorang pemburu yang gagah perkasa di hadapan TUHAN.”
Mula-mula kerajaannya terdiri dari Babel, Erekh, dan Akad, semuanya di tanah Sinear.
Dari negeri itu ia pergi ke Asyur, lalu mendirikan Niniwe, Rehobot-Ir, Kalah
dan Resen di antara Niniwe dan Kalah; itulah kota besar itu.
Kesalahan tentang masa hidup Nimrod ini sengaja dibuat agar sesuai dengan kesalahan Qur’an, yang mengatakan bahwa Nimrod berkuasa di jaman Abraham. Qur’an mengatakan Nimrod menangkap Abraham dan memasukkannya ke dalam api, tapi api tak bisa membakarnya. Silakan baca kisah ini di Qur’an, Sura al-Anbiya’ (21), ayat 51-70 dan Sura al-Safat (37), ayat 95.
Buku Dongeng Yahudi Midrash Rabbah Merupakan Sumber Dongeng Qur’an tentang Nimrod dan Abraham
Buku Yahudi sumber contekan Mamad: Midrash Rabbah.
Banyak buku Yahudi yang tersebar luas diantara suku² Arabia yang memeluk Yudaisme. Di jaman Muhammad, dongeng Qur’an tentang Abraham dan Nimrod diambil dari buku Yahudi bernama Midrash Rabbah. Kisah tersebut dalam Qur’an sama persis dengan bab 17 dari buku Yahudi tersebut. Penulis Yahudi mengetahui dari Alkitab bahwa Nimrod membangun kota² tertua Mesopotamia, tapi sang penulis rupanya salah menerapkan kisah dari buku Daniel ke kisah di jaman Abraham. Di buku Daniel tertulis bahwa terdapat tiga pemuda Yahudi yang menolak menyembah patung Nebukadnezar, Raja Babilon, dan karenanya mereka dibuang ke dalam api tapi api tak dapat membakar mereka. Selain itu, penulis Midrash Rabbah juga tak memperhatikan fakta perbedaan waktu 3000 tahun yang memisahkan Abraham dan Nimrod.
Muhammad Tidak Tahu Sejarah Alexander Agung, Nimrod, dan Salomo.
Dalam Hadis, Muhammad mengatakan bahwa Nimrod berkuasa atas seluruh dunia dan bahwa Salomo, Nebukadnezar dan Zulkarnaen juga berkuasa atas seluruh dunia. Zulkarnaen berarti “Orang yang bertanduk dua,” dan ini merupakan gelar dari Alexander Agung, seperti yang tertulis dalam literatur Aramaik. Muhammad mengatakan bahwa Salomo dan Alexander Agung adalah Muslim, sedangkan Nimrod dan Nebukadnezar adalah kafir. [24]
[24] Tarikh al-Tabari, I, hal. 142 dan 143
Pernyataan ini jelas salah karena tiadak seorang pun dari keempat pemimpin itu yang berkuasa atas seluruh dunia. Alexander Agung menguasai sebagian kecil Eropa, dan menaklukkan Timur Tengah dan sebagian daratan Asia. Salomo meluaskan kekuasaannya dari Israel sampai sebagian Syria dan Trans Yordan. Nebukadnezar menguasai daerah Mesopotamia dan Mesir. Kekuasaan Nimrod terbatas hanya di Mesopotamia saja. Tiada seorang pun dari mereka yang menguasai seluruh dunia.
Hadis Muhammad juga salah saat mengatakan siapa dari keempat orang itu yang Muslim dan siapa yang kafir. Alexander Agung sudah jelas merupakan raja pagan yang suka akan berhala² milik kota² yang ditaklukkannya. Meskipun demikian, Muhammad dengan gampangnya mengatakan bahwa Alexander adalah seorang pemimpin Muslim yang melakukan Jihad, perang suci, untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia. (Aku akan membahas hal ini lebih lanjut di bagian berikut.) Dongeng Qur’an tentang Alexander Agung dan Salomo diambil dari berbagai sumber Arab, terutama syair² yang diucapkan berbagai orang selama perubahan jaman, dan banyak dari mereka yang mengaku sebagai nabi.
Alexander Agung dan Dongeng² Persia
Alexander Agung terkenal sebagai pagan sejati dan penyembah berhala. Tapi Muhammad mengatakan bahwa Alexander adalah budak Allah yang melakukan Jihad untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia.
Selain buta akan kronologi sejarah, Muhammad juga menambahkan hukuman² ilahi pada negara² dan menghilangkan mereka dari sejarah, padahal negara² itu masih eksis sampai hampir ke masa hidupnya. Sama seperti nabi² agama Jin Arab, Muhammad juga memasukkan tokoh² sejarah penting ke dalam agama Islam.
Dalam Qur’an-nya, Muhammad menyebut Alexander Agung sebagai Zulkarnaen, atau “orang yang bertanduk dua.” Gelar ini tercantum dalam buku The Romance of Alexander, yang berbahasa Aramaik dan tersebar diantara umat Kristen Nasrani sebelum jaman Islam. Versi² tua buku ini bahkan berjudul Zulkarnaen.
Buku sumber Qur’an: “The Romance of Alexander” atau “Zulkarnaen”.
Alexander Agung digambarkan di berbagai uang logam kerajaan dengan dua tanduk di kepala untuk melambangkan bahwa dia menaklukkan dunia Barat dan Timur. Alexander terkenal sebagai tokoh pagan yang meminta nasehat berbagai pendeta² dewa-dewi Yunani sebelum melakukan penyerangan militer, dan dia juga menyembah berhala² di berbagai kota yang ditaklukkannya. Dia juga mengakui bahwa dia adalah dewa, putra dewa utama Yunani yakni Zeus. Ketika Alexander mendengar bahwa Philotas, pemimpin pasukan berkuda, mengejeknya karena mengaku sebagai putra Zeus, Alexander menjadi sangat marah dan menangkap Philotas, menghakiminya, dan menjatuhkan hukuman mati. Pengakuan Alexander bahwa dirinya adalah dewa tertulis di berbagai tulisan klasik kuno. Sejarawan Agatharchides menulis:
Alexander, yang tak terkalahkan di medan perang, tidak bernasib baik dalam hubungan pribadinya. Dia terjerat dengan pujian², dan tatkala dia mengatakan dirinya adalah putra Zeus, dia tak menganggap dirinya diejek, tapi dikagumi karena minatnya akan hal yang mustahil dan sikapnya yang melupakan wujud alaminya. [25]
[25] Agatharchides dari Cnidus, on the Erythraean Sea, buku I, 17, diterjemahkan dan diedit oleh Stanley Burstein, The Hakluyt Society London, 1989, hal. 52.
Aristobulus, saksi yang bekerja sebagai insinyur bagi Alexander, menerangkan alasan mengapa Alexander berencana menaklukkan Arabia. Aristobulus berkata:
Ketika Alexander mengetahui bahwa orang² Arab menyembah dua dewa utama, dia mengira bahwa mereka akan menyembahnya pula sebagai dewa ketiga jika dia berhasil menaklukkan mereka dan memperbolehkan mereka mempertahankan adat kakek moyang mereka. [26]
[26] The Geography of Strabo, Buku XVI .I. 11, The Geography of Strabo, Volume VII, Harvard University Press, 1966, hal. 211.
Meskipun fakta² literatur sudah jelas, tapi Muhammad tetap saja mengatakan Alexander Agung sebagai Muslim yang menyembah Allah. Muhammad mengatakan perang² Alexander sebagai perang Jihad untuk membenarkan tindakannya menyebarkan peperangan terhadap suku² Arab dan Yahudi yang tak melakukan kesalahan apapun padanya.
Muhammad mencontek dongeng Zoroastria dan menerapkannya pada kisah Gog (Ya’juj) dan Magog (Makjuj), dua tokoh Alkitab. Dia mengganti tokoh dongeng Zoroasteria dengan Alexander Agung.
Muhammad mencontek berbagai dongeng terkenal dari berbagai agama di jamannya dan memasukkannya ke dalam Qur’an, dengan mengganti nama tokoh² penting dengan tokoh² Alkitab atau sejarah. Contohnya, dia mencontek dongeng Zoroastria tentang Azi Dahak, sosok jahat yang dirantai di gunung timur oleh Fredun, tokoh pahlawan dongeng itu. Umat Zoroastria percaya bahwa Azi Dahak tetap dirantai di situ sepanjang jaman. Di akhir jaman, dia akan dibebaskan untuk menyerang dunia.
Azi Dahak yang dirantai di gunung sampai akhir jaman.
Menurut Dinkard, buku 7 dan bab 13, di dongeng Zoroastria berikutnya, Azi Dahak bertanggungjawab atas penduduk jahat yang dikenal sebagai orang² Mazendara. [27] Orang² Khvanira hidup berdekatan dengan orang² Mazendara. Mereka mengeluh pada Fredun tentang orang² Mazendara yang dianggap berbahaya. [28] Dengan gerakan gaib pada hidungnya, Fredun membelah tanah orang² Mazendara dengan menerapkan pembatas alamiah bagi kedua bangsa itu. Mereka tetap terpisah sampai akhir jaman, [28] lalu mereka akan menyerang dunia. Dongeng Zoroastria terus berkembang di jaman Kristen. Setan² Mazendara akhirnya disebut sebagai setan² Mazonik. Kai-Us, tokoh dongeng lainnya, membangun struktur metal untuk mengurung mereka sampai akhir jaman, karena mereka berbahaya bagi seluruh dunia. [29]
[27] Dinkard-Book VIII, Bab XIII, 9, Pahlavi Texts, Part IV, diterjemahkan oleh E.W. West, The Sacred Books of the East, Volume 37, diterbitkan oleh Motilal Banarsidass, Delhi, 1969, hal. 28
[28] Dinkard-Book IX, Bab XXI, 17- 19, Pahlavi Texts, Part IV, diterjemahkan oleh E.W. West, The Sacred Books of the East, Volume 37, diterbitkan oleh Motilal Banarsidass, Delhi, 1969, hal. 216
[29] Dinkard-Book IX, Bab XXI, 22-23, Pahlavi Texts, Part IV, diterjemahkan oleh E.W. West, The Sacred Books of the East, Volume 37, diterbitkan oleh Motilal Banarsidass, Delhi, 1969, hal. 218
Dongeng² Persia di abad ke 5 dan 6 M mengisahkan para raja yang memenjarakan orang² dengan cara membangun bendungan atau tembok diantara dua gunung. Contohnya adalah dongeng tentang Kesrah, Raja Persia, yang membangun tembok diantara dua gunung untuk memenjarakan masyarakatnya. [30] Hal ini dicontek Muhammad dalam Qur’an di mana Alexander Agung memenjarakan Gog dan Magog dalam bendungan metal yang dibangunnya diantara dua tembok.
[30]Dinkard-Book IX, Bab XXII, 4-9, Pahlavi Texts, Part IV, diterjemahkan oleh E.W. West, The Sacred Books of the East, Volume 37, diterbitkan oleh Motilal Banarsidass, Delhi, 1969, hal. 220-222
Muhammad juga mencontek seluruh dongeng Persia tentang bagaimana Azi Dahak dan masyarakat Mazendara dipenjara. Menurut Muhammad, ketika Alexander sedang berada di Asia, dia bertemu masyarakat yang disebut Qur’an “tidak mengetahui perkataan apapun.” Masyarakat ini mengeluh pada Alexander tentang Gog dan Magog, yang dianggap berbahaya dan mengancam dunia. Alexander lalu membangun bendungan metal diantara dua gunung dan membungkus bendungan dengan tembaga cair. Di bendungan inilah dia memenjarakan Gog dan Magog, dan bendungan akan dihancurkan di hari kiamat. Gog dan Magog akan dibebaskan untuk menyerang dunia. Hal ini tercantum dalam Qur’an, Sura al-Kahf (18), ayat 98.
Zulkarnain berkata: “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar”.
Muhammad mencontek dongeng Zoroastria yang sama, tapi dia mengubah nama Azi Dahak dan masyarakat jahatnya dengan Gog dan Magog, dan mengubah Fredun menjadi Alexander Agung.
Dari manakah Muhammad mendapat nama Gog dan Magog? Dia dengan gampangnya mengambil kedua nama itu dari Alkitab Perjanjian Lama, kitab Yehezkiel di mana Nabi Yehezkiel berbicara tentang Gog dan Magog yang belum ada di jamannya, dan tak ada pula di seluruh sejarah umat manusia, sama seperti umat Zoroastria menggambarkan masyarakat jahat Mazendara. Yehezkiel mengatakan Gog dan Magog sebagai “orang² dari utara,” dan banyak penafsir Alkitab yang mengira ini tentunya negara Rusia di jaman modern, negara Eropa, atau negara dari Uni Sovyet dahulu. Menurut Alkitab, negara dari utara ini akan menyerang Israel setelah masyarakat Israel yang tersebar ke seluruh penjuru dunia kembali ke Palestina. Menurut Yehezkiel, negara yang menyerang ini akan bersekutu dengan negara² lain dengan nama² yang kita kenal sebagai Iran, Libya, dan Kush yang di jaman sekarang adalah Sudan dan sebagian Ethiopia. Nubuat ini kemungkinan menunjuk Sudan sebagai negara penyerang utama. Serangan masa depan terhadap Israel akan dilakukan oleh negara² Islam.
Muhammad tak mengerti akan nubuat Nabi Yehezkiel, sehingga dia menampilkan dongeng Zoroastria sebagai gantinya. Umat Zoroastria yakin bahwa Azi Dahak dan masyarakatnya dirantai di gunung sampai akhir jaman. Muhammad juga percaya akan hal ini. Gog dipenjarakan di dalam bendungan antara dua gunung, seperti yang dikatakan di Qur’an, Sura 18:96, tapi Muhammad mempertaruhkan nubuatnya tatkala dia menggabungkannya dengan ajaran Zoroastria. Dia mengatakan bendungan itu terletak di dekat tempat matahari terbit, yang merupakan tempat yang dikunjungi Alexander Agung. Sudah jelas Muhammad tidak mengira orang akan hidup sangat lama dan berkelana sangat jauh sehingga bisa mencapai tempat matahari terbit. Orang² di jaman Muhammad mengira matahari terbit setiap hari dari kolam, dan konsep ini dipakai orang Persia untuk menjelaskan perbedaan panjang hari. [31] Muhammad pun memakai konsep pemikiran yang sama. [32]
[31] Dinkard-Book IX, Bab XXI, 22-23, Pahlavi Texts, Part IV, diterjemahkan oleh E.W. West, The Sacred Books of the East, Volume 37, diterbitkan oleh Motilal Banarsidass, Delhi, 1969, hal. 220-222
[32] Tarikh al-Tabari, I, hal. 424
Kes bin Saideh, seorang pendongeng Arab yang sering dikunjungi Muhammad sebelum dia mengaku sebagai Nabi, mengatakan bahwa Alexander hidup selama 2000 tahun. [34] Karena orang² Arab menggunakan diameter bumi begitu besar, maka orang harus menempuh perjalanan 500 tahun untuk mencapai ujung bumi; hanya Alexander saja, yang hidup 2000 tahun yang lalu, yang bisa mencapai ujung² bumi barat dan timur. Seperti yang tertera dalam Qur’an, Muhammad juga mengatakan bahwa Alexander melihat matahari terbit dari kolam lumpur. Muhammad juga mengaku mengendarai Bouraq, yakni unta bersayap, dan pergi ke timur, ke tempat matahari terbut. Di sana dia mengaku melihat Gog dan Magog dipenjara di bendungan metal. Dia juga mengaku mendengar suara matahari terbit dari kolam air di timur, dan ketika terbenam di kolam lumpur di barat. [35] Di jaman Muhammad, orang² Arab memang percaya bahwa matahari menimbulkan suara ketika tenggelam dalam kolam lumpur. [36]
[34] Halabieh I, hal. 321
[35] Tarikh al-Tabari, I, hal. 48 and 49
[36] Halabieh 2:104 
Muhammad yakin bahwa tak seorang pun akan membantahnya atau tak percaya pada penjelasannya tentang matahari, atau tentang Gog dan Magog, karena dia mengira tak seorang pun punya cukup umur untuk mencapai ujung bumi yang sangat jauh. Tapi hanya orang² yang percaya buta saja yang bisa menerima dongeng² Muhammad di jaman modern. Qur’an mengatakan bendungan metal tetap ada sampai akhir jaman. Jika benar demikian, semua orang tentunya bisa melihat bendungan tersebut. Mengapa Muslim tidak pergi ke ujung Timur untuk memeriksa sendiri kebenaran kisah ini?
Dalam Q 18:96-99, Muhammad berkata bahwa Zulkarnain membangun sebuah dinding besi diantara dua gunung:
berilah aku potongan-potongan besi” Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Zulkarnain: Tiuplah (api itu)”. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata: “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu”.
Muhammad berkata bahwa dinding besi itu masih ada sampai saat ini dan Allâh akan menghancurkannya di Hari Kiamat.
Q 18:98,99
Zulkarnain berkata: “Ini (dinding besi) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar”.
Kami biarkan mereka di hari itu (Hari Kiamat) bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.
Tapi di manakah dinding besi tersebut saat ini? Sejarah umat manusia tidak pernah menerangkan adanya dinding besi besar diantara dua gunung apapun di dunia.
Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah peperangan Alexander Agung. Banyak dari pembantu Alexander yang menjadi saksi peperangan dan mereka menulis dengan penuh detail peperangan tersebut. Salah satu saksi mata adalah Callisthenes, yang menulis sekitar tahun 330 SM. Yang lain adalah: Oneskritus, ketua sais; Nearkhus, komandan angkatan laut; dan Khares, bendara bagi Alexander. Nearkhus menulis beberapa tahun setelah kematian Alexander. Semua penulis ini adalah saksi mata. Ptolemius, salah seorang dari empat jendral utama Alexander, dan yang mendirikan dinasti Ptolemius di Mesir, juga menulis tentang peperangan Alexander. Sejarawan lain yang menulis tentang kehidupan dan kegiatan militer Alexander adalah Aristobulus, dan dia adalah insinyur bagi Alexander. Dia pun adalah saksi mata apa yang ditulisnya. Banyak penulis kuno bergantung pada informasi para saksi mata ini yang menulis secara rinci peperangan Alexander Agung di Asia. Tiada seorang pun dari mereka yang menceritakan tentang bendungan metal. Jika memang benar Alexander membangun bendungan itu, maka tentunya mereka menulis akan hal itu.
Meskipun dongeng² Zoroastria begitu tak masuk akal, tetapi Muhammad membuatnya lebih ngawur lagi. Bahkan anak kecil sekalipun akan bertanya-tanya bagaimana mungkin suatu masyarakat bisa dipenjara dengan bendungan diantara dua gunung. Mengapa Gog dan Magog tidak membuat lubang pada bendungan tersebut? Mengapa tidak memanjat saja tembok bendungan? Mengapa tidak memanjat gunung saja, dan lari ke berbagai arah agar bebas dari penjara?
Legenda Tujuh Penidur dari Efesus
Muhammad memasukkan legenda Syria “Tujuh Penidur dari Efesus” ke dalam Qur’an-nya. Legenda ini mengisahkan tujuh orang Kristen yang tidur dalam gua selama 150-200 tahun. Hal ini terjadi di tahun 250 M, di jaman Decius, kaisar Romawi yang suka menindas umat Kristen. Decius, menurut legenda, datang ke Efesus dan menindas umat Kristen. Dia bertemu dengan tujuh pemuda Kristen nan alim dan mengadili mereka di pengadilan. Dia lalu memberi mereka waktu untuk meninggalkan iman Kristen mereka, tapi mereka lalu menyerahkan semua harta mereka pada orang² miskin, kecuali beberapa keping logam yang dibawa mereka. Mereka tidak meninggalkan iman mereka. Mereka bersembunyi di sebuah gua di Gunung Anchilos untuk bersiap mati di sana. Ketika Decisu kembali ke Efesus, dia mencari ketujuh orang itu, dan para prajuritnya mendapatkan mereka tertidur dalam sebuah gua. Decius memerintahkan para prajuritnya menutup pintu gua dengan batu² besar agar mereka terkurung dalam gua sampai mati.
Pada waktu Kaisar kristen berkuasa – antara Theodosius Agung (379-395 M) atau Theodosius Muda (408-450 M) – terdengar berita tentang kebangkitan kemblai yang banyak disangkal orang. Ketika pemilik tanah membuka pintu gua untuk menggunakannya sebagai kandang ternak, para pemuda Kristen itu bangun dari tidurnya dan mengira bahwa mereka hanya tidur semalam saja. Maka seseorang dari ketujuh pemuda itu disuruh membeli makanan. Orang ini membawa keping uang logam bergambar Decius yang disimpannya saat mereka dikurung dalam gua. Dia kaget melihat banyak lambang salib di berbagai gereja dan nama Yesus disebut dengan bebas oleh masyarakat. Orang² juga takjub melihat pemuda ini memiliki uang logam Decius. Mereka mengira dia menemukan harta karun di gua. Pemuda Kristen ini menceritakan bagaimana dia dan kawan²nya tertidur dalam gua. Kaisar Theodosius pergi ke gua itu untuk menemui ketujuh pemuda, dan melihat pengalaman ini sebagai tanda bahwa tubuh manusia memang bisa dibangkitkan kembali. Ketika ketujuh pemudai itu akhirnya wafat, sang Kaisar membangun kuburan bersalut emas bagi mereka, tapi para pemuda ini muncul dalam mimpi sang Kaisar dan memintanya untuk mengubur mereka di gua biasa saja.
Kisah ini mengandung unsur dongeng pagan sebelum jaman Kristen. Filsuf Yunani Aristoteles menyampaikan kisah yang serupa tentang para penidur dari kota Sardis. [37] kota yang terletak di daerah sama dengan kota Efesus di Asia Minor atau Turki di jaman sekarang. Kerena Aristoteles hidup di tahun 384 – 322 SM, maka versi Syria bergantung pada versi pagan kuno tapi mengganti Sardis dengan Efesus. Koch, seorang sejarawan, menunjukkan bahwa ada beberapa versi pagan dari kisah ini, termasuk versi India, Yahudi, dan China. [38] Di jaman sekarang, kisah ini dianggap dongeng pagan, yang sudah lama dikenal sebelum jaman Kristen.
[37] (Phys., IV, xi); dikutip oleh the Adrian Fortescue, The Catholic Encyclopedia, Volume V
[38] Koch, Die Siebenschlafereigende, ihr Ursprung u. ihre Verbreitung (Leipzig, 1883), hal. 24-40, Dikutip oleh Adrian Fortescue, The Catholic Encyclopedia, Volume V
Legenda ini diubah jadi bernafas Kristen oleh orang² Kristen Syria, kemungkinan besar diterjemahkan oleh mereka dari masyarakat pagan Yunani karena orang² Syria terkenal suka menerjemahkan buku² filsuf Yunani, seperti buku² Aristoteles. Kisah ini juga disebut dalam berbagai literatur Syria sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa² lain, dan ini membuktikan bahwa kisah ini diterjemahkan dari literatur Yunani. Kisah ini juga muncul di buku Homily karangan Yakub dari Saruq atau Sarugh. Dia adalah pendeta Nonfisit, penyair dan penulis Syria yang hidup di kota Syria bernama Edessa, di bagian utara Iraq. Dia belajar di sekolah Syria bernama Raha. Di tahun 519 M, dia menjadi uskup di Batnan dan wafat di tahun 521 M. Dia dikenal masyarakat Arab sebagai Yakub al-Saruji, dan dia punya hubungan dengan umat Kristen kota Najran yang terletak diantara Yemen dan Mekah. Dari abad 3 M sampai jaman Muhammad, Najran merupakan tempat tinggal banyak umat Kristen. Yakub dari Sarugh pernah menulis surat pada umat Kristen di Najran. [39] Meluasnya legenda² Syria di Najran, dan lalu Mekah, kemungkinan adalah karena literatur Syria yang ditulis Yakub dari Sarugh dan versinya tentang dongeng Tujuh Penidur dari Efesus.
[39] Wright, A Short History of Syriac Literature (London, 1894); Duval, La Literature Syriaque, 3rd ed. (Paris, 1907), hal. 351-854; Assemani, Bibliotheca Orieritalis, I, c. XXVII; H. Hyvernat, penjelasan ditulis oleh Joseph P. Thomas, The Catholic Encyclopedia, Volume VIII
Legenda Tujuh Penidur Terus Berkembang
Kisah Tujuh Penidur itu hanya dikenal di kalangan Syria saja sampai kisah ini diterjemahkan ke bahasa Latin di awal abad ke 6 M oleh Gregory dari Tours, dan setelah itu menjadi legenda masyarakat. Legenda ini juga tercantum dalam bab 95 dari buku Gregory yang berjudul De Gloria Martyrum, yang berarti The Glory of the Martyrs (Keagungan Para Martirdom). Gergary mengatakan bahwa dia mendengar legenda ini dari “orang Syria.” Gregory mencatat kisah ini sebagai legenda, karena telah dikenal lama di kalangan masyarakat pagan, sebelum jaman Kristen.
Sebelum Gregory menerjemahkan kisah itu ke dalam bahasa Latin dan membuatnya terkenal, kisah ini tidak pernah disebut di dalam literatur Efesia, meskipun menurut orang² Syria kota Efesus adalah kota di mana kisah ini terjadi. Ini merupakan kriteria penting untuk mengetahui sejarah asal kisah. Setelah kisah ini terkenal gara² terjemahan Gregory, sebuah gereja dibangun di atas kuburan di kota Efesus, dan kuburan ini disebut sebagai kuburan Ketujuh Penidur dari Efesus. Tiada keterangan sejarah apapun dalam literatur Efesia yang mendukung fakta legenda ini. Di lain pihak, jika kita hanya punya sedikit sejarah hidup Yesus dari Palestina, tanah di mana Yesus hidup dulu, maka kita punya alasan bahwa mungkin Yesus tidak pernah hidup. Tapi kebanyakan penulis Perjanjian Baru adalah murid² Yesus, orang² yang menemaninya, dan mempelajari pekerjaaan dan ajarannya. Kita juga punya bukti muzizat dan kematian Yesus dari Josephus Flavius, penulis Yahudi yang hidup di Yerusalem. Selain itu ada keterangan dari Talmud pula. Tapi tidak begitu dengan legenda Penidur dari Efesus, meskipun kota Efesus penuh dengan berbagai filsuf dan sejarawan selama abad 4 dan 5 M. Tiada satu pun laporan sejarah Efesus yang menyampaikan kisah para penidur ini. Catatan² Romawi akan Kaisar Theodosius Agung atau Theodosius Muda juga tidak menyebut sama sekali tentang Tujuh Penidur Efesus, padahal legenda itu menyebut mereka bertemu dengan sang Kaisar dan Kaisar lalu membangun kuburan bagi mereka.
Nadhr, Saudara Muhammad, Menguji Muhammad tentang Asal-Usul Dongengnya
Muhammad mencontek legenda Tujuh Penidur Efesus, meskipun tiada fakta sejarah apapun, dan dia menyelipkan legenda itu ke dalam Qur’an, Sura al-Kahf (Gua) (18). Beberapa tokoh Qurays berkumpul, termasuk Nadhr bin al-Harith. Mereka meminta saran pada Rabi Yahudi pertanyaan apakah yang harus diajukan kepada Muhammad untuk menguji pengetahuannya. Para Rabi Yahudi mengusulkan untuk mengajukan tiga pertanyaan pada Muhammad, yakni (1) kisah para penidur; (2) kisah pengelana agung; (3) keterangan tentang Roh. Nadhr memang sering mempertanyakan pengetahuan sejarah Muhammad. Hal ini ditulis Ibh Hisham sebagai berikut: [40]
[40] Ibn Hisham, I, hal. 240
Jika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk di satu tempat untuk mengajak kaumnya ingat kepada Allah, mengingatkan mereka tentang hukuman Allah yang diterima orang-orang sebelum mereka, dan beliau beranjak dari tempat tersebut, maka An-Nadhr bin Al-Harits duduk di tempat yang sama, kemudian berkata, ‘Demi Allah, wahai orang-orang Quraisy, ucapanku lebih bagus daripada Muhammad. Kisahnya hanyalah dongeng orang-orang yang dahulu. Dia menulisnya sebagaimana aku menulisnya.’
[41] Ibn Hisham, I, hal. 282
Nadhr dapat mengatakan hal ini karena dia mempelajari sejarah dan mithology di kota Hira, yang dipimpin oleh orang² Lakhmids, suku Arab yang mengikuti budaya Persia. [42]
[42] Ibn Hisham, I, hal. 239 dan 282
Nadhr menanyakan pada Muhammad tentang legenda Penidur Efesus. Orang Yahudi dan para terpelajar di Mekah tahu bahwa kisah itu hanyalah dongeng yang jadi populer gara² terjemahan Gregory. Para tokoh Quraysh sudah memperkirakan bahwa Muhammad akan memasukkan dongeng itu ke dalam Qur’an, dan menyatakannya sebagai fakta sejarah. Nadhr dan teman²nya juga mempertanyakan pengetahuan sejarah Muhammad berkenaan dengan Alexander Agung yang disebut sebagai Zulkarnaen (“orang bertanduk dua”). Hal ini sebenarnya merupakan pengetahuan umum yang diketahui orang awam di jaman Muhammad. Pendidikan Byzantium Yunani tersebar luas di Timur Tengah, terutama Mekah, di mana penduduknya adalah para pedagang yang senantiasa berhubungan dengan Kekaisaran Byzantium di Syria dan Palestina.
Para tokoh Quraysh sengaja memilih figur sejarah terkenal seperti Alexander untuk mengungkapkan bahwa Muhammad tidak memiliki pengetahuan umum sejarah. Jawaban² Muhammad menunjukkan bahwa dia mengambil keterangan dari dongeng² masa lalu. Dengan demikian memang tepat pendapat para terpelajar Mekah dan Rabi Yahudi akan diri Muhammad.
Umat Muslim sebaiknya menelaah dengan cermat Muhammad dan fakta sejarah, dan tidak terbelenggu dengan ikatan iman yang membutakan nalar mereka. Ujian yang diterapkan Nadhr dan tokoh² Mekah menunjukkan bahwa Muhammad memang suka mengumpulkan dongeng² dari berbagai sumber primitif untuk menunjukkan seakan-akan dia itu penuh pengetahuan, karena katanya dongeng² itu dikirim oleh Allah.
Qur’an Tak Mengandung Pengertian Rohani. Muhammad Terbukti Tidak Mampu Menjawab Pertanyaan Rohani yang Paling Sederhana.
Pertanyaan ketiga pada Muhammad adalah, “Apakah roh itu?” Ini adalah pertanyaan sederhana yang bisa dijawab setiap orang Yahudi atau Kristen dengan mengutip keterangan Alkitab. Tuhan menciptakan manusia dengan tubuh, jiwa, dan roh. Roh adalah wujud manusia yang berhubungan dengan Tuhan dan membuat manusia mampu mengenal Tuhan.
Para Rabi Yahudi mengajukan pertanyaan ketiga ketika mereka mengetahui bahwa ayat² dalam Qur’an yang dikarang Muhammad tidak mengandung keterangan tentang Roh, dan hanya fokus pada hal² duniawi saja. Contohnya, Muhammad mengatakan bahwa dia memiliki hak khusus untuk boleh menikahi setiap wanita, termasuk Muslimah² yang menawarkan diri padanya. Hal ini tercantum dalam Qur’an, Sura al-Ahzab (33), ayat 50:
Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang istri-istri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kata Arab yang dipakai untuk “kawin” dalam ayat ini adalah “Nakaha” yang berasal dari kata “Nikah” (ngesex). Aisyah, istri Nabi yang termuda, menerangkan bahwa salah satu penerapan nikah adalah wanita menawarkan diri pada lelaki untuk batas waktu tertentu, misalnya beberapa bulan, untuk tujuan bersuka-ria ngesex saja. [43] Kita dapat melihat bahwa dari ayat ini Muhammad memiliki hak khusus. Sebagai akibatnya, banyak wanita yang meninggalkan suaminya dan menawarkan diri mereka kepada Muhammad.
[43] Sahih al-Bukhari, 6, page 132; Halabieh 1, hal. 69
Sebagian besar Qur’an berkisar pada peperangan Muhammad dan bagaimana umatnya harus menuruti panggilannya untuk melakukan Jihad. Dia menetapkan seperlima bagian dari jarahan perang adalah baginya.
Dalam menanggapi pertanyaan ketiga tentang Roh, Muhammad berjanji akan menjawab keesokan harinya. Akan tetapi dia tidak memberikan jawaban selama dua minggu. Sudah jelas bahwa dia berusaha mencari bantuan selama itu. Setelah itu dia menjawab seperti yang tercantum dalam Qur’an, Sura Isra’ (17), ayat 85: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. Muhammad enggan berdiskusi akan perihal Roh karena dia memang tidak tahu apapun tentang hal itu.
Muhammad Salah Mendengar Keterangan tentang Tujuh Penidur Efesus
Ketika menghadapi pertanyaan tentang para penidur yang tertidur selama berabad-abad, Muhammad rupanya mengunjungi teman² Kristen Bizantiumnya, termasuk diantaranya adalah Jabir. Kita baca di Sira dari Ibn Hisham tentang hal ini:
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam seringkali duduk di Marwa, tepatnya di tempat dagang anak muda Kristen yang bernama Jabir. Ia budak milik Ibnu Al-Hadhrami. Orang-orang Quraisy berkata, ‘Demi Allah, Muhammad tidak diajari banyak hal yang ia bawa kecuali oleh Jabr, budak milik Ibnu Al-Hadhrami.’ [44]
[44] Ibn Hisham 2, hal. 26
Pernyataan orang² itu bukannya tak beralasan. Mengapa Muhammad duduk dengan budak miskin itu sepanjang hari, padahal dia benci budak²? Dia mengatakan bahwa seorang budak tidak bisa bersaksi di pengadilan kecuali dia dipukuli. [45] Jika seorang umatnya ingin memerdekakan seorang budak, Muhammad melarang dan menganjurkan umatnya untuk menjual budak itu dan bukannya memerdekakan. [46] Tapi sekarang ada seorang budak Kristen yang tak pernah jadi Muslim, dan Muhammad meluangkan waktu untuk menjenguknya setiap hari. Muhammad-lah yang mendatangi Jabir dan bukan sebaliknya. Ini menunjukkan bahwa Jabir merupakan sumber keterangan yang penting bagi Muhammad tentang Alkitab, doktrin Kristen, dan dongeng² Kristen di jaman Byzantium. Hadis juga mengatakan bahwa Jabir mengumpulkan buku². Hadis² mengatakan bahwa al-Hadhrami punya dua budak, Jabir dan Yaser, dan ketika mereka membaca Alkitab, Muhammad mendatangi mereka dan mendengarkan apa yang mereka baca.
[45] Sahih al-Bukhari, 3, hal. 150
[46] Sahih al-Bukhari, 3, hal. 86; 3, hal. 135
Muhammad juga berhubungan dengan budak Kristen Byzantium bernama Balaam, atau nama lainnya adalah Yaish atau Adaas. [47] Balaam adalah budak milik Huitab bin Abd al-Uzai. Masyarakat Mekah seringkali melihat Muhammad menemui Balaam, dan mereka mengatakan Balaam mengajari Muhammad. [48] Tampaknya Jabir dan Balaam adalah orang² yang gemar takhayul, tidak seperti orang Kristen berpendidikan di jaman mereka yang mengetahui perbedaan antara legenda dan fakta sejarah.
[47] Tafsir al-Tabari, 18, page 137
[48] al-Allusi, Ruh’ al-Maani, 14: 233; Tafsir al-Tabari 14:119
Versi Qur’an tentang Tujuh Penidur menunjukkan bahwa Muhammad tidak mengerti makna legenda itu.
Di Qur’an, Surah al-Kahf (18) atau Gua, kita temukan jawaban Muhammad tentang para penidur. Meskipun dia menampilkan dongeng sebagai kisah nyata, tapi variasi kisahnya menunjukkan bahwa dia tidak tahu akan kisah aslinya. Di ayat ke 17 Muhammad mengatakan:
Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu.
Ayat ini mengatakan sinar matahari menghindar masuk ke dalam gua. Hal ini bertentangan dengan legenda aslinya yang mengatakan mulut gua ditutup dengan tumpukan batu sehingga sinar matahari tidak bisa masuk gua.
Di ayat 18 kita baca variasi lain:
… sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka.
Qur’an mengatakan si anjing menjaga para penidur selama ratusan tahun. Menurut Muhammad, setiap orang yang datang mendekati gua akan lari ketakutan karena anjing penjaga di muka pintu gua.
Selanjutnya Muhammad mencantumkan bagian asli legenda yang mengatakan para pemuda ini bangun dari tidurnya, mengirim salah seorang dengan uang untuk membeli makanan, dan mengira mereka hanya tidur sehari saja. Qur’an mengatakan bahwa orang² tahu tentang kisah tujuh penidur, tapi tidak suka pada mereka dan ingin mendirikan bangunan di atas gua agar para pemuda itu tersekap dalam gua. Muhammad mengira para pemuda bangun saat masyarakat masih membenci mereka, tapi legenda aslinya tidak begitu. Muhammad tidak mengerti pesan Kristiani dari legenda ini, yang menunjukkan bahwa ketujuh pemuda itu dilindungi meskipun Kaisar Romawi menindas umat Kristen, dan mereka dibangunkan kala kekaisaran Romawi sudah menerima agama Kristen. Berdasarkan legenda aslinya, para penidur dianggap sebagai orang² suci.
Ketika Gereja Bizantium membangun kuburan di kota Efesus, mereka ingin menggunakan legenda ini untuk meyakinkan para atheis tentang kebangkitan kembali, dan mencari untung dengan cara membuat tempat itu jadi tempat suci. Karena itulah mereka membangun gereja di atas kuburan. Tapi Muhammad mengira gereja dibangun oleh orang² yang ingin menyekap para penidur di dalam gua.
Muhammad tahu bahwa pengetahuannya tentang legenda para penidur tidak setaraf dengan pengetahuan mereka yang mengujinya, maka dia mengajukan sanggahan bahwa Allah melarangnya untuk membicarakan legenda ini. Muhammad tidak mampu menyebut dengan pasti jumlah para penidur dalam legenda Efesus. Terdapat dua versi dari cerita aslinya. Yang pertama mengatakan tujuh pemuda, dan yang satu lagi menyebut delapan. Tapi rupanya para teman Muhammad menyebut jumlah yang berbeda-beda sehingga dia tidak berani mengajukan angka yang pasti karena takut diejek oleh para pengujinya. Karena itulah dia menyebut hanya Allah saja yang tahu jumlah tepatnya. Selain itu, dia pun mengatakan bahwa Allah melarangnya membicarakan jumlah para pemuda tersebut. Lihat nih ayat 22:
Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: “(Jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya”, sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: “(Jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya”. Katakanlah: “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit”. Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda² itu) kepada seorang pun di antara mereka. 
Sekarang perhatikan: jika hanya beberapa orang saja yang tahu persisnya jumlah para penidur, seperti yang dikatakan ayat itu, mengapa Muhammad tidak termasuk diantara mereka? Jika dia kontak dengan tuhan yang katanya Maha Tahu, mengapa tuhan tidak memberitahu Muhammad berapa tepatnya jumlah para pemuda tersebut? Sudah jelas bahwa Muhammad tidak berani menyatakan jumlah yang pasti karena takut diejek, dan dia menutup kesalahannya dengan mengatakan Allah melarangnya membicarakan hal itu.
Muhammad mengarang bahwa para penidur bangun setelah lebih dari 300 tahun setelah para pengarang yang menambahkan nafas Kristen pada legenda itu mati.
Dalam Sura yang sama (18), ayat 25 tertulis:
Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).
Berdasarkan keterangan itu, para penidur bangun di sekitar tahun 559M, setelah para penulis Syria menerjemahkan legenda itu ke dalam bahasa Yunani telah wafat semua. Bahkan Yakub dari Sarugh juga telah mati di tahun 521 M. Muhammad merasa bebas untuk menentukan tahun² ini, karena mengira tiada seorang pun yang bisa membantahnya. Lalu dia membela lamanya para pemuda itu tertidur dengan mengatakan ayat ke 26:
Katakanlah: “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain daripada-Nya; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan”.
Dengan demikian, dia menyatakan 309 tahun tertidur sebagai hal yang tak bisa dibantah lagi, karena Allah sendiri yang mengatakannya. Tapi bagaimana mungkin pernyataan Muhammad ini sesuai dengan fakta? Pertama-tama, seluruh kisah itu hanyalah dongeng belaka. Kedua, legenda Kristen itu telah lama dikenal dalam literatur Syria lebih dari seabad sebelum tanggal yang ditetapkan Muhammad.
Dengan semua kesalahan sejarahnya yang mencengangkan ini, Muhammad sudah tentu bukanlah sumber sejarah kuno yang bisa dipercaya. Kita pun tak bisa mempercayai para penulis Islam setelah Muhammad yang suka mengarang-ngarang cerita tanpa dukungan bukti ilmiah apapun.
Kesimpulan yang kuajukan tentang kesalahan² sejarah dalam Qur’an membenarkan dugaan bahwa Muhammad memang tak berpendidikan tentang fakta sejarah. Muslim tidak bisa menggantungkan nasibnya pada Muhammad untuk mendapatkan kebenaran. Apa yang Muhammad katakan tentang tokoh² sejarah dan negara² ternyata salah, sehingga keterangannya tidak bisa dipakai untuk mendukung laporan sejarah ilmiah. Dengan begitu, bagaimana kita bisa percaya keterangannya bahwa Mekah itu adalah kota kuno? Atau bahwa kuil Ka’bah dibangun oleh Abraham dan Ishmael yang saat itu katanya hidup di Mekah?
Kita telah tahu bahwa tak ada laporan sejarah manapun yang membenarkan pernyataan Muhammad tentang Mekah, Abraham dan Ishmael. Sebaliknya, fakta sejarah menunjukkan hal yang bertentangan dengan pernyataan Muhammad. Jika kita tidak bisa mempercayai perkataan Muhammad tentang hal² tersebut, bagaimana mungkin kita bisa mempercayainya akan hal lain?
2. MEREKA YANG MENULIS ULANG SEJARAH BAGI MUSLIM

Muhammad mengatakan di Sura al-Baqarah (2; Sura Sapi), ayat 127, bahwa Abraham dan Ishmael membangun kuil. Keterangan ini didukung oleh hadis atau “tradisi Islam.” Tapi hadis² lahir puluhan tahun setelah Muhammad mati. Para penulis hadis tidak pernah menulis catatan apapun yang lebih awal daripada jaman Muhammad, dan mereka juga tak pernah mengutip dokumen apapun sebelum jaman Islam yang mendukung pernyataan mereka. Mereka sebenarnya hanyalah mengarang cerita saja, sama persis seperti orang mengarang dongeng. Lebih parah lagi, penulis² selanjutnya malahan bergantung pada hadis² tersebut, dan menganggap tulisan itu benar. Ini membuktikan bahwa penulis² hadis generasi berikut yang bergantung pada penulis pertama (yang mengarang dongeng²) tidak pula menemukan keterangan sejarah apapun yang mendukung keterangan hadis, sehingga mereka mengutip dongeng² itu begitu saja, seakan-akan dongeng itu adalah laporan sejarah ilmiah, dan lalu mereka pun menambahkan kisah karangan mereka sendiri ke dalam dongeng² itu. Akhirnya yang terbentuk adalah hadis² yang rancu dan menyesatkan.
Para Pencipta Hadis Ternyata Juga Buta Sejarah Umum
Penulisan Qur’an tidak hanya mengandung kesalahan fakta sejarah saja, tapi juga melibatkan berbagai tipuan oleh para penulis pertama Hadis. Orang² berpendidikan tidak menganggap tulisan hadis sebagai tulisan yang bisa dipercayai, karena kisah²nya lahir pada generasi² di mana hadis² itu ditulis, dan tidak ada keterangan sejarah apapun yang membenarkannya. Jika orang menulis fiksi, sudah jelas bahwa orang ini tidak berhak menyelipkan tulisannya ke dalam laporan sejarah kejadian 3000 tahun yang lalu dan menyebutnya sebagai fakta. Tapi para pionir hadis menulis kisah² yang mereka karang di abad ke 7 dan 8 M, dan menyelipkan karangannya di jaman Abraham, sekitar 2.900 tahun sebelumnya.
IBN ISHAK
Ibn Ishak and Pemutar-Balikkan Sejarah dan Ketidaktahuan akan Sejarah Umum 
Ibn Ishak adalah orang pertama yang menyebutkan nama² suku yang hidup di Mekah dan mengarang sejarah Quraysh, suku Muhammad. Akan tetapi Ibn Ishak lahir di Medina sekitar tahun 725 M, 85 tahun setelah Muhammad hijrah ke Medina, dan wafat sekitar 150-153 tahun setelah hijrah.
Ibn Ishak, dan penulis lainnya yang bergantung pada tulisannya, berpikir bahwa ini adalah satu²ny jalan untuk membenarkan keterangan dalam Qur’an. Dengan tujuan untuk membantah catatan sejarah dan kejadian² di Alkitab, dia menulis ulang sejarah baru yang disesuaikan dengan narasi Qur’an. Dia mencoba memberitahu dunia bahwa tulisannya adalah benar, padahal isinya tak lain hanyalah fiksi belaka. Para ahli Islam di jamannya juga sudah tahu akan hal itu. Mereka tahu bahwa tulisan Ibn Ishak adalah dongeng sejarah saja, tanpa dukungan keterangan dari sejarawan dan geografer terdahulu. Para penulis Islam di jamannya menuduhnya mengarang kisah palsu, menipu, dan menciptakan silsilah keturunan yang ngawur. Dia pun terkenal sebagai pria yang mata keranjang, sehingga Kalifah Islam mengritiknya dan mencela sikapnya. [49]
[49] Komentar² tentang Ibn Hisham I, hal. L
Untuk menentukan kredibilitas suatu keterangan, kita harus menelaah asal-usul keterangan itu. Para Muslim di jaman modern mempercayakan nasib dan hidupnya pada keterangan² sejarah Islam kuno. Mereka seharusnya tidak bersikap begitu pada tulisan sejarah abad ke 7 dan 8M yang sarat dengan berbagai dongeng primitif yang dianggap sebagai fakta sejarah.
Tulisan² Ibn Ishak yang Tak Bisa Dipertanggungjawabkan dan Para Penulis Muslim Lain yang Mendukung Keterangannya Tentang Muhammad
Orang yang disebut-sebut sebagai pelopor penulis Hadis mengarang sejarah, memisahkan Muslim dari catatan sejarah yang sebenarnya, dan mencegah mereka untuk membaca Alkitab.
Seperti yang kusebut sebelumnya, Ibn Ishak dianggap sebagai penulis Sira utama tentang Muhammad dan Islam. Penulis Sira Halabiyah, yakni tentang riwayat hidup Muhammad, melaporkan bahwa Ibn Ishak mencatat sebagian hadis tanpa sumber narator apapun. Penulis Halabiyah mengatakan bahwa ahli Islam terkemuka seperti Ibn al-Madani dan Ibn Main, mengatakan bahwa keterangan Ibn Ishak tak dapat dipercaya, dan Malik bin Uns menuduhnya berbohong dan mengarang cerita saja. Malik berkata:
Ibn Ishak adalah salah seorang pendusta yang paling parah. Karenanya, kami mengusirnya dari Medina, kota tempat tinggal Ibn Ishak. [50]
[50] Halabiyah I, hal. 93
Ilmuwan Islam lainnya juga berkomentar tentang Ibn Ishak. Penulis komentar tentang Ibn Hisham menulis:
Kami menemukan sumber² hadis yang bisa dipercaya, seperti Malik bin Uns dan Hisham bin Urua bin al-Zubeir, semuanya menyingkirkan Ibn Ishak dari daftar pelapor hadis yang bisa dipercaya. Mereka tak pernah ragu menuduhnya berbohong, memalsu, menipu, mengutip dari narator yang tak bisa dipercaya, mengarang puisi yang lalu diselipkannya ke dalam bukunya, dan menciptakan berbagai silsilah keturunan yang salah. [51]
[51] Pendahuluan Ibn Hisham, hal. mim
Yang menarik adalah, beberapa para penuduh Ibn Ishak adalah pelapor utama hadis. Mereka mempertanyakan puisi² yang ditulis Ibn Ishak dan disisipkannya ke dalam buku sejarahnya. Dia menulis puisi² dengan bahasa Arab jamannya, tapi dia menyebut puisi² itu ditulis di abad 21 SM, di mana belum muncul bahasa Arab apapun. Bahasa Arab baru muncul di abad ke 10 SM. Bahasa Arab sebelum jaman Kristen sangatlah berbeda dengan bahasa Arab dalam Qur’an, yang merupakan bahasa yang digunakan suku Quraysh, suku asal Muhammad. Bahasa Arab ini berkembang setelah suku Quraysh datang dari Yemen ke Mekah beberapa abad di jaman awal Kristen.
Tuduhan lain terhadap Ibn Ishak adalah memalsu silsilah keturunan. Silsilah keturunan karangannya inilah yang menjadi pengetahuan resmi yang diikuti Muslim di jaman modern. Silsilah Ibn Ishak mengatakan bahwa Muhammad adalah keturunan Ishmael. Pernyataan ini sangat tak berdasar.
Para penulis komentar Sira mengutip tulisan² ahli Islam dahulu tentang Ibn Ishak. “Meki bin Ibrahim tidak menanggapi hadis yang dilaporkan Ibn Ishak. Yazid bin Harun melaporkan bahwa Ibn Ishak mengatakan pada masyarakat Medina tentang suatu suku, tapi mereka menentang keterangannya. Rupanya mereka lebih mengetahui tentang suku itu daripada Ibn Ishak, dan mereka bisa melihat kepalsuan keterangannya. Ibn Numeri berkata bahwa Ibn Ishak melaporkan hal yang salah tentang masyarakat yang tak dikenal.” [52] Ibn Numeir mengritik Ibn Ishak karena mengarang suku yang tidak pernah ada. Ibn Ishak menulis berbagai rincian tentang masyarakat Alkitab, padahal Alkitab sendiri tidak pernah menyatakan demikian. Contohnya, Ibn Ishak mengarang keterangan siapa menikah dengan siapa. Dia juga menciptakan nama² Arab bagi tokoh² Alkitab dengan menggunakan nama² orang di jamannya, dan memberi nama istri² Arab pada mereka, meskipun mereka tinggal di tanah Kanaan.
[52] Pendahuluan Ibn Hisham, hal. nun
Salah satu dusta Ibn Ishak yang paling serius adalah karangannya tentang berbagai kisah dan rincian keterangan untuk membenarkan berbagai keterangan ngawur Qur’an. Contohnya adalah tentang musibah banjir. Qur’an menyatakan Tuhan mengirim banjir ke Mesir sebagai salah satu hukuman bagi Firaun. Ibn Ishak mengatakan banjir menutupi seluruh Mesir, dan dia menulis dengan detail tentang hal itu, seakan-akan apa yang dikatakan Qur’an adalah benar. [53] Kita tahu bahwa keterangan Muhammad di Qur’an tentang banjir adalah adalah salah berdasarkan catatan sejarah. Mesir tidak pernah kebanjiran – tidak di jaman firaun, atau jaman apapun setelah bencana air bah Nabi Nuh.
[53] Tarikh al-Tabari vol. I, hal. 247
Ibn Ishak banyak menulis tentang asal-usul berbagai negara. Contohnya, dia mengatakan asal-usul bangsa Romawi. Dari keterangan Alkitab, dia mengetahui bahwa Esau, putra Ishak, putra Abraham, menikah dengan Basmath, putri Ishmael. Tapi dia juga mengatakan bahwa Basmath melahirkan Rum, yang lalu menurut dia, merupakan kakek moyang bangsa Romawi. [54] Ibn Ishak mengarang berbagai silsilah keturunan para tokoh Alkitab, memberi mereka dan kakek moyang mereka nama² Arab. Contohnya dia memberi nama² Arab bagi putri² Adam. [55] Tiada seorang pun, selain Ibn Ishak, yang memberi nama putri² Adam. Dengan melakukan hal ini, Ibn Ishak membuat dirinya lebih hebat daripada Nabi Musa, yang menulis kitab Kejadian di Taurat, dan menyebut nama putra² Adam dan keturunannya. Ibn Ishak juga menulis kisah tentang keturunan Adam dan Nuh. Silsilah karangannya menghubungkan suku² Arab dengan Nabi Nuh dan putranya Shem. Salah satu dari suku² tersebut adalah Thamud. Dia mengatakan bahwa suku Thamud ini adalah keturunan generasi ketiga setelah Shem. [56] Dia melakukan semua ini untuk menunjang dusta Muhammad di Qur’an yang menyatakan bahwa Thamud adalah generasi ketiga setelah Nuh, tapi suku Thamud sendiri baru muncul dalam sejarah manusia di abad ke 8 SM. Ibn Ishak juga menciptakan silsilah keturunan bagi tokoh² Alkitab Perjanjian Baru. Contohnya adalah kakek moyang Yohanes Pembaptis. Untuk membuat Yohanes jadi Muslim, maka dikarangnya Yohanes sebagai putra Adi, putra Muslim, putra Saduk. [57]
[54] Tarikh al-Tabari, I, hal. 190
[55] Tarikh al-Tabari, I, hal. 102
[56] Ibn Hisham 1:8;Tabari, I, hal. 133-138
[57] Tarikh al-Tabari, I, hal. 348
Ibn Ishak-lah yang pertama-tama menulis Abraham menunggang bouraq, atau unta bersayap, untuk terbang dari Damaskus ke Mekah setiap kali dia ingin mengunjungi Ishmael, [58] yang dikatakan Muhammad membangun kuil Ka’bah di Mekah dan hidup di sana. Kita tahu bahwa kisah ini sebenarnya berasal dari dongeng Persia yang tertulis dalam buku Dinkard. Kai-Khusrois, nabi dalam dongeng, merubah Vae, dewa air, menjadi unta. Lalu Kai-Khusrois naik unta itu dan pergi ke tempat tinggal orang² Persia yang hidup abadi. [59]
[58] Tarikh al-Tabari, I, hal. 165
[59] Dinkard-Book IX, Bab XVIII, 2-7, Pahlavi Texts, Bagian IV, Diterjemahkan oleh E.W. West, The Sacred Books of the East, Volume 37, diterbitkan oleh Motilal Banarsidass, Delhi, 1969, hal. 224-225
Ibn Ishak mengatakan bahwa putra yang diletakkan Abraham di mezbah persembahan untuk dikorbankan adalah Ishmael, [60] dan bukan Ishak, meskipun para sejarawan Islam sebelum dia mengatakan Ishak-lah yang hendak dikorbankan. [61] Sungguh ironis bahwasanya khayalan Ibn Ishak ini malah diterima seluruh dunia Islam sehingga bagi Muslim Ishmael jadi lebih penting daripada Ishak.
[60] Tarikh al-Tabari, I, hal. 165
[61] Tarikh al-Tabari, I, page 164
Ibn Ishak mengatakan bahwa keturunan Shem diubah menjadi guenon [62] (monyet kecil dengan ekor panjang) untuk membenarkan keterangan Qur’an bahwa masyarakat Israel di Ilat di Teluk Aqaba diubah jadi monyet. Hal ini juga mendukung hadis yang mengatakan salah satu dari 12 suku² Israel diubah jadi tikus. [63]
[62] Tarikh al-Tabari, I, page 125
[63] Sahih al-Bukhari, 4, hal. 98
Ibn Ishak, menggunakan sumber dari Wahab bin Munabbih, mengatakan bahwa di Antiokhia terdapat seorang firaun yang bernama Antikos, putra Antikos, putra Antikos. Firaun ini menyembah berhala. Ibn Ishak mengatakan Allah mengirim tiga utusan ke Antiokhia untuk menemui Firaun; nama² mereka adalah S’adik, S’aduk, dan Shalum. Pertama-tama, Allah mengirim dua utusan, tapi penduduk Antiokhia tidak mempercayai mereka, lalu Allah menguatkan kesaksian mereka dengan mengirim utusan ketiga. Ketiga utusan ini katanya adalah murid Kristus. Ketika Firaun dan masyarakat Antiokhia ingin membunuh ketiga utusan tersebut, Allah menengahi dan membunuh Firaun dan seluruh masyarakatnya, sampai tiada satu pun yang selamat.
Dongeng² para tokoh awal Islam ini diperkuat dengan pengakuan penyampai hadis seperti Khutadeh dan Abdullah ibn Abbas, [64] keduanya adalah penyumbang hadis dan kisah Muhammad. Ibn Abbas adalah saudara sepupu Muhammad. Hadis² yang mereka karang bertujuan untuk membenarkan keterangan Muhammad, tapi tak ditunjang oleh fakta sejarah. Dongeng² hadis menunjukkan kenaifan orang² Muslim yang percaya saja pada keterangan tersebut.
[64] Tarikh al-Tabari, Volume I, hal. 379 and 380
Keturunan Firaun sudah lenyap berabad-abad sebelum jaman Kristen. Kota Antiokhia dibangun di tahun 300 SM oleh Selecus Nicator, satu dari empat pemimpin yang menggantikan Alexander Agung. Dengan demikian para Firaun sudah lenyap berabad-abad sebelum kota Antiokhia dibangun. Terlebih lagi, ibukota Firaun dan masyarakatnya terletak di Mesir, dan bukan di perbatasan Syria utara dan Asia Minor di mana Antiokhia terletak. Nama yang diberikan pada Firaun sebagai raja Antiokhia dalam hadis adalah: “Antiokhia, putra Antiokhia, putra Antiokhia.” Ini sebenarnya adalah gelar² raja dari dinasti Yunani Selecus, yang menguasai Syria setelah Alexander wafat.
Hal ini menunjukkan kebodohan dan ketidaktahuan para penyampai hadis utama akan pengetahuan sejarah umum. Mereka sama sekali buta akan sejarah tapi berusaha menulis ulang sejarah demi membenarkan keterangan Qur’an. Mereka mencampur adukkan dongeng² kuno dengan dongeng² jaman mereka. Mereka mengganti Firaun – tokoh penting sejarah – di kota² atau negara² yang bahkan tidak ada di jaman Firaun. Kesalahan fatal seperti ini dengan cepat bisa diketahui oleh kaum terdidik dari negara² yang beradab. Akan tetapi, Muslim jaman sekarang masih saja bergantung pada hadis untuk mencari “bukti” kebenaran sejarah dalam Qur’an.
Selain Ibn Ishak, Penyampai Hadis Lain juga Mengarang Sejarah Islam 
Ibn Ishak tidak dapat dipercaya ketika dia menulis sejarah peradaban kuno. Keterangan sejarahnya tidak pernah berdasarkan bukti penemuan arkeologi atau naskah² sejarah kuno. Dia mengarang saja keterangannya. Meksipun dia mengutip tulisan para narator yang menyampaikan kisah² sebelum jamannya, tapi orang² yang jadi sumber informasi Ibn Ishaq ini adalah para Muslim yang hidup setelah Muhammad mati. Mereka bukan ahli sejarah, dan tak punya pengetahuan sejarah umum peradaban manusia, sehingga mereka bukanlah sumber terpercaya sejarah kuno. Ibn Ishaq dan para penulis Muslim berikutnya (satu atau dua generasi kemudian), menulis ulang sejarah Islam agar sesuai dengan apa yang ditulis Muhammad dalam Qur’an. Aku akan membahas hal ini sekilas dan memberi komentar tentang sebagian para pencipta tulisan yang disebut sebagai ‘sejarah Islam.’
AL-SHAABI
Al-Shaabi, sumber utama keterangan Ibn Ishak, menyatakan bahwa suku Quraysh telah mulai mencatat sejarah hanya beberapa tahun setelah tahun gajah, yakni 570 M, dan dia menasehati para pembacanya untuk menelaah sejarah bangsa Yahudi untuk mendapatkan fakta.
Ibn Ishaq seringkali menyebut hal² yang didengarnya dari al-Shaabi. Kadangkala Ibn Ishaq bertanya pada al-Shaabi [65], dan al-Shaabi menjawab:
[65]Tarikh al-Tabari, I, hal. 171
Sejarah Muslim harus sesuai dengan sejarah Yahudi – maksudnya adalah apa yang tertulis di Alkitab Perjanjian Lama – karena kaum Muslim tidak pernah mencatat sejarah sebelum Muhammad hijrah ke al-Medina. Mereka tidak pernah mencatat apapun sebelum itu. Kaum Quraysh baru mulai menulis sejarah mereka di tahun gajah. [66]
[66] Tarikh al-Tabari, I, hal. 120
Tahun gajah adalah tahun di mana Abraha dari Ethiopia menguasai Mekah, dengan menggunakan gajahny untuk memenangkan peperangan. Hal ini terjadi kira² tahun 570 M, di tahun yang sama Muhammad lahir. Mari kita lihat semua bukti yang ada. Pertama-tama, al-Shaabi, sumber utama sejarah Ibn Ishaq, mengaku bahwa umat Muslim harus mengikuti sejarah kaum Yahudi. Kedua, umat Muslim baru menulis sejarah sekitar tahun 622 M, saat Muhammad hijrah ke Medina. Ketiga, suku Quraysh, yang hidup di Mekah, baru menulis sejarah mereka pada tahun 570 M, yakni tahun gajah. Dengan begitu, bagaimana mungkin para Muslim bisa menulis sejarah kuno Islam sebelum masa hijrah? Hak apakah yang dimiliki Ibn Ishaq dan penulis Muslim lainnya untuk menyusun sejarah Mekah 2.600 tahun sebelum tahun gajah?
Untuk membenarkan tulisan mereka, penulis Muslim malah menuduh Alkitab telah dikorupsi; dan karena itulah isi keterangan Alkitab berbeda dengan Qur’an. Tetapi jika kita membandingkan kebenaran Alkitab dengan Qur’an, maka tampaklah perbedaan yang sangat besar. Salinan² kitab² dari Alkitab sudah tersedia dan beredar sejak abad ke 2 SM, seperti naskah² Laut Mati yang ditemukan di gua di Qumran dekat Yerikho. Bagian Perjanjian Lama Alkitab diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke bahasa Yunani oleh Ptolemius II Philadelphus, Raja Mesir di tahun 287 M. Ptolemius II mendirikan sebuah perpustakaan Alexandria dan dia memasukkan Alkitab ke dalam koleksi buku perpustakaan. Ptolemius mengundang 70 ilmuwan Yahudi ke Alexandria untuk menerjemahkan Alkitab ke bahasa Yunani, dan terjemahan ini dikenal sebagai Septuagint. Banyak salinan Septuagint kuno yang masih utuh sampai saat ini. Bahkan Yesus dan para Rasul juga mengutip dari naskah² Septuagint. Selain itu, banyak terjemahan Alkitab yang ditulis di berbagai waktu dalam berbagai bahasa. Terjemahan² kuno itu masih ada sampai hari ini dan tak ada yang meragukan keasliannya.

Contoh Sepguagint.
Bahkan al-Shaabi, salah satu sumber keterangan utama Ibn Ishaq, dan juga penulis² Muslim di jamannya, juga mengatakan untuk kembali ke “sejarah Yahudi” dalam Alkitab, dan riset agama harus sesuai dengan fakta sejarah. Kesimpulannya adalah kita tidak bisa mempercayai tulisan sejarah bangsa Quraysh sebelum tahun 570 M, tahun gajah. Kita pun tak bisa mempercayai tulisan² sejarah Islam yang ditulis Muslim, sebelum Muhammad hijrah di tahun 622 M.
AL-SUDI’
Al-Sudi’ adalah pencipta berbagai kisah untuk membenarkan dosa Muhammad.
Pengarang sejarah Islam lainnya adalah al-Sudi’. Seperti banyak narator Islam lainnya, al-Sudi’ juga berusaha membenarkan perbuatan² tercela Muhammad. Contohnya, al-Sudi’ mencontek kisah tentang angin yang mengangkat baju yang Zipora, anak perempuan Jehtro sang pendeta Midian (mertua Musa), ketika gadis itu berjalan bersama sang ayah untuk pulang ke rumah ayahnya. [67]
[67] Tarikh al-Tabari, I, hal. 236
Al-Sudi mendapatkan gagasan mengarang cerita ini dari suatu kejadian dalam hidup Muhammad. Ketika Muhammad mengunjungi putra angkatnya, Zayd bin Harithah, yang disebut sebagai Zayd bin Muhammad atau “putra Muhammad,” Zayd sedang tidak berada di rumah. Istrinya, yakni Zainab, membuka pintu bagi Muhammad. Angin bertiup mengangkat baju Zainab di hadapan Muhammad, sehingga Muhammad berahi terhadapnya dan menyatakan gairahnya dengan jelas kepada Zainab. Ketika Zayd pulang ke rumah, istrinya menyampaikan tentang birahi sang Nabi pada sang istri. Zayd, yang tahu bahwa wanita manapun yang diminati Muhammad harus diserahkan padanya, pergi mengunjungi Muhammad dan mengatakan bahwa dia akan menyerahkan istrinya pada Muhammad. [68] Keesokan harinya, Muhammad mewahyukan Qur’an, sura 33 (al-Ahzab), ayat 37, yang menyatakan bahwa Allah memberikan istri Zayd padanya. Dia juga memerintahkan umat Muslim untuk menikahi menantu wanita mereka jika putra² angkat mereka menceraikan istri² mereka. Semua ini dilakukan Muhammad demi membenarkan berahinya terhadap menantunya. Ayat² lain yang berkenaan dengan hal ini juga mencela perbuatan mengangkat anak. Dia menyuruh Muslim untuk berhenti melakukan adopsi dan memerintahkan mereka untuk memanggil anak² angkat dengan nama² ayah kandung mereka, dan bukan dengan nama orangtua yang mengadopsi mereka (Surah 33:5).
[68] Halabiyah, 2, hal. 484
Seperti yang telah kusebut sebelumnya, Zayd adalah putra angkat Muhammad. Zayd diculik sewaktu masih kecil di Syria, dan dijual sebagai budak, dan akhirnya jatuh ke tangan Khadijah, istri pertama Muhammad. Karena suka padanya, Muhammad lalu mengadopsi Zayd. Bertahun-tahun kemudian, ayah Zayd menemukan Zayd di Mekah. Dia ingin membeli kemerdekaan putranya, tapi Muhammad menolaknya. Karena itulah ayah Zayd lalu menulis puisi sedih tentang putranya. [69]
[69] Ibn Hisham, I, hal. 200
Al-Sudi’ berusaha membuat kisah Muhammad dan istri Zayd, Zainab, tidak begitu memalukan dengan menyatakan angin meniup baju Zainab di hadapan orang banyak dan bukan di hadapan Muhammad. Al-Sudi’ mengatakan bahwa angin juga mengangkat baju Zipora yang lalu dinikahi Musa. Dapat dari manakah al-Sudi’ tentang keterangan itu? Literatur Yahudi atau literatur manapun tak ada yang mengatakan hal seperti itu. Usaha memperkecil nista Muhammad dengan mengarang dongeng tentang Musa hanya bisa mengelabui orang bodoh saja.
Contoh lain adalah al-Sudi mengarang bahwa Balaa, putra Beor, adalah orang Israel. [70] Alkitab menyatakan bahwa Balaam bukanlah orang Israel, tapi dia adalah “putra² dari Timur.” Al-Sudi juga mengatakan bahwa keledai Balaam berkata padanya, “Kau ngesex denganku di malam hari dan menunggangiku di siang hari.” [71] Alkitab tidak menyebut keterangan itu sama sekali.
[70]Tabari, I, hal. 259
[71]Tarikh al-Tabari, I, hal. 260
Banyak kisah² yang ditulis para penulis Muslim yang seperti itu. Mereka menambah-nambahkan berbagai dongeng yang aneh, untuk menipu orang² yang tak berpengetahuan akan Akitab. Bagaimana mungkin Muslim bisa menemukan kebenaran jika mereka mempercayai dongeng² khayalan tersebut?
WAHAB BIN MUNABBIH
Wahab Bin Munabbih, salah seorang penulis utama yang mengarang sejarah Islam bagi umat Muslim.
Wahab Bin Munabbih adalah orang Yaman keturunan Persia yang memeluk Islam, dan dia adalah salah seorang dari para penulis utama sejarah Islam. Ibn Ishaq juga seringkali mengutip keterangannya. Wahab menulis tentang penyerangan² militer yang dilakukan Muhammad. Dia mati sekitar 114 tahun setelah Muhammad hijrah ke Medina, [72] dan Ibn Ishaq mati sekitar 40 tahun setelah Wahab mati.
[72] Tarikh al-Tabari, I, hal. 496
Sama seperti yang telah dilakukan Ibn Ishaq, Wahab juga mengarang banyak cerita yang belum pernah ditulis sebelumnya, atau pernah dibaca dari sumber sejarah lainnya. Semua sejarahnya hanyalah dongeng yang dibesar-besarkan belaka. Wahab tidak mengerti kejadian² sejarah dan kronologi Alkitab. Dia mengatakan bahwa Yehezkiel memimpin Israel seketika setelah kematian Yoshua, [73] tangan kanan Musa yang memimpin Israel ke Tanah Perjanjian Kanaan. Wahab rupanya tidak tahu bahwa terdapat senjang 1000 tahun antara jaman Yoshua dan jaman Nabi Yehezkiel, dan bahwa Yehezkiel itu adalah seorang Nabi yang tak pernah jadi pemimpin militer Israel.
[73] Tarikh al-Tabari, I, hal. 272
Wahab mengatakan bahwa Yehezkiel membangkitkan kembali pasukan bersenjata Israel dari kematian. Di Qur’an, Sura 2:243, dinyatakan kejadian ini tanpa menyebut nama Yehezkiel. Wahab, sama seperti si Mamad SAW, tidak mengerti keterangan kitab Yehezkiel (Akitab Perjanjian Lama, buku 37), di mana Tuhan menunjukkan penglihatan pada Yehezkiel akan tulang belulang yang berserakan di sebuah lembah. Tuhan menunjukkan pada Yehezkiel bahwa daging dan pembuluh darah mulai keluar menutupi tulang belulang. Roh Tuhan berada bersama mereka, dan dalam penglihatan Yehezkiel, tulang belulang berubah menjadi sekumpulan pasukan besar. Penglihatan yang ditunjukkan Tuhan pada Yehezkiel ini merupakan ramalan simbolis masa depan yang akan digenapi di masa Perjanjian baru. Tuhan berjanji membangkitkan kembali orang² yang mati dalam dosa, sama seperti Dia membangkitkan kembali tulang-belulang yang mati. Setelah menyelamatkan mereka melalui penebusan Kristus di kayu salib, Tuhan berjanji mengirimkan Roh Kudus dalam diri mereka. Bagi Muhammad tak mengerti pesan penglihatan yang ditunjukkan Tuhan pada Yehezkiel, sehingga dia mengira Yehezkiel-lah yang membangkitkan tentara Israel dari tulang-belulang kering. Tiada nabi manapun selain Yehezkiel yang melihat penglihatan ini, dan tak ada kitab Yudaisme mana pun yang menyatakan bahwa kejadian ini benar² terjadi di dunia nyata, dan bukan sekedar penglihatan saja. Jika hal ini benar² terjadi di dunia, maka ini tentunya termasuk sebagai salah satu muzizat terbesar di Perjanjian Lama, setara dengan laut Merah terbelah di jaman Musa.
Ibn Ishaq juga mengutip dongeng dari Wahab bin Muhabbih ketika dia menulis keterangan tentang Tabut Perjanjian di Perjanjian Lama:
Di dalam tabut itu terdapat kemuliaan “Shakinah” dan bentuknya berupa kepala mayat kucing. Tatkala kepala kucing mati itu mengeluarkan suara keras dari dalam Tabut, umat Israel mendapat jaminan kemenangan dan tahu bahwa mereka akan menguasai tanah² milik bangsa lain. [74]
[74] Tarikh al-Tabari, I, hal. 274
Kita tahu tak ada mayat kucing dalam Tabut. Dongeng kacau ini tidak pernah disebut dalam Alkitab karena memang tak pernah terjadi.

Replika Tabut Perjanjian
Ibn Ishaq mengutip keterangan Wahab Bin Muhabbih tentang kisah lain yang juga sama ngawurnya. Dia mengatakan bahwa Ratu Sheba datang menemui Raja Salomo dengan pasukan yang terdiri dari 12000 raja² Yemen. Di bawah setiap raja, terdapat 12000 prajurit. [75] Ini berarti Yemen memiliki 12000 raja dan sekitar 50 juta prajurit di jaman itu, ketika penduduk seluruh dunia saja tidak mencapai jumlah sebesar itu. Kita mengetahui (dari keterangan sejarah Romawi tentang Sheba) bahwa tentara Shabaia berjumlah kecil dibandingkan tentara Ethiopia atau Mesir. Ibn Ishaq, yang mencontek keterangan Wahab begitu saja, mengatakan bahwa Raja Salomo menyebabkan Ratu Sheba menikah dengan “Tubb’a, Raja Hamdan,” dan bahwa Tubb’a menjadi Raja Yemen melalui pernikahan. [76] Tulisan ini menunjukkan betapa butanya Wahab akan sejarah Yemen, negara asalnya sendiri. Gelar Tubb’a hanya diberikan kepada Raja² Yemen dinasti Himyarit yang muncul di sekitar tahun 115 SM dan menguasai Sheba di sekitar tahun 275 M. Dengan begitu, gelar “Tubb’a” merupakan gelar raja² Himyarit di Yemen di jaman 275 M, tapi Raja Salomo hidup di abad ke 10 SM. Ini berarti pernyataan Wahab bahwa Tubb’a menikahi Ratu Sheba, dan jadi Raja Yemen di jaman Salomo, hanya menunjukkan bahwa Wahab dan Ishaq tidak tahu akan data dan kronologi sejarah.
[75]Tarikh al-Tabari, I, hal. 292
[76]Tarikh al-Tabari, I, hal. 292
Wahab mengatakan bahwa Raseh dari Ethiopia yang berperang melawan Asa, Raja Yudea, adalah Raja dari India. Dia juga mengatakan bahwa dalam peperangan ini dibantu oleh masyarakat Gog dan Magog. [77]
[77] Tarikh al-Tabari, I, hal. 308
Masih mengutip dari Wahab, Ibn Ishaq juga mengatakan bahwa Ayub adalah warga Romawi dan dia (Ibn Ishaq) menciptakan silsilah keturunan baginya yang menghubungkannya dengan Ishak, putra Abraham. [78] Wahab mengatakan bahwa Samson berasal dari dusun Romawi, dan dia adalah Muslim. [79] Tapi kita tahu bahwa Samson adalah Hakim Israel yang lahir di abad ke 13 SM, jauh sebelum kota Romawi didirikan di tahun 753-748 SM. Wahab, sama seperti pengarang Muslim lainnya, ingin mendukung pernyataan Muhammad di Qur’an. Wahab berusaha membuat agama Muhammad, yakni Islam, tampak berakar dari peradaban kuno. Dalam Qur’an, Muhammad mengatakan bahwa Islam merupakan agama kuno yang dianut berbagai figur penting sejarah, seperti Alexander Agung dan Ratu Syeba yang mengunjungi Raja Salomo. Dia juga menyebut bahwa para tukang sihir yang menentang Musa, Firaun dan istrinya Assia, sebagai Muslim. Dia juga mengatakan bahwa Allah akan menikahkannya dengan Assia dan Maria ibu Yesus di surga. [80]
[78]Tarikh al-Tabari, I, hal. 194
[79] Tarikh al-Tabari, I, hal. 381
[80] Halabiyah, hal. 106.
Wahab bin Munabbih dengan ngawurnya menulis sejarah guna membenarkan kesalahan sejarah di Qur’an. Dia juga ingin mendukung keterangan Qur’an bahwa Maria ibu Yesus melahirkan Yesus di bawah pohon kurma. Sayangnya, tak ada pohon kurma di Betlehem karena pohon kurma hanya tumbuh di daerah yang sangat panas. Tapi Wahab tak menggubris fakta itu dan menulis: Yesus lahir di perbatasan Mesir “dekat sebuah pohon kurma.” [81]
[78]Tarikh al-Tabari, I, hal. 194
[79]Tarikh al-Tabari, I, hal. 381
[80] Halabiyah, hal. 106
[81] Tarikh al-Tabari, I, hal. 350
HISHAM BIN MOHAMMED
Hisham bin Mohammed juga melanjutkan kekacauan sejarah dalam literatur Islam.
Sama seperti Wahab, Hisham bin Mohammed juga mengarang sejarah Islam untuk mendukung keterangan sejarah Muhammad yang ngawur. Hisham mengatakan bahwa putra² Tubb’a, Raja Yemen, pernah menguasai China. Salah seorang putra tersebut menaklukkan Konstantinopel dan lalu mengepung kota Roma. Setelah gagal menaklukkan Roma, dia lalu pergi ke Samarkhind dan lalu mengalahkan tentara Turki dan menguasai daerah itu. Dia lalu menuju China dan bertemu dengan saudara lakinya yang menduduki China sejak tiga tahun sebelumnya. Keduanya lalu tinggal di China sampai mati, begitu kata Hisham. [82] Semua keterangan sejarah Hisham tersebut hanyalah isapan jempol belaka.
[82] Tarikh al-Tabari, I, hal. 420, 421
Hisham juga mengarang sejarah dengan mengatakan bahwa Nebukhadnezzar adalah orang Persia. Para panglimanya adalah Darius, Cyrus, dan Ahasuereus, yang semuanya menjadi Raja Babel setelah Nebukhadnezzar wafat. [83] Sejarah menunjukkan bahwa Nebukhadnezzar bukanlah orang Persia, tapi orang Khaldea. Darius, Cyrus, dan Ahasuereus yang disebut Hisham sebagai panglima perang Nebukhadnezzar sebenarnya adalah para Raja Persia terkenal yang muncul berabad-abad setelah Nebukhadnezzar wafat. Tampaknya Hisham dipengaruhi oleh keterangan hadis yang mengatakan bahwa Nebukhadnezzar, Salomo dan Alexander Agung menjadi penguasa dunia, di jaman Muhammad. [84]
[83]Tarikh al-Tabari, I, hal. 317, 318
[84]Tarikh al-Tabari, I, hal. 142, 143
Sama seperti Nabinya, Hisham pun tidak memiliki pengetahuan sejarah umum. Kesalahan² sejarah Qur’an malah didukungnya dengan tulisan sejarahnya yang ngawur. Sialnya para Muslim berpendidikan di jaman sekarang malah terus bergantung pada keterangan sejarah murahan tersebut.